Posts

Showing posts from 2017

Dosa Tanpa Jeda #1

Image
Pixabay “kalau abah tidak mengizinkan saya jadi pelacur, baik! Arini akan pergi dari rumah!” “Arini!!!” bentak abah. “Silahkan keluar, dan jangan cari abah hingga di surga!!!” sambil menunjuk pintu Arini berlari keluar, ia berhenti sejenak di depan pintu, menoleh kembali wajah abah yang memerah memendam amarah, dan umi yang menangis tersed-sedu di samping suaminya. Arini melihat lantai marmer itu sekali lagi, menamatkan pandangannya pada dinding-dinding rumahnya yang hangat, menikmati aroma masakan umi, menatap kenangan masa kecilnya yang berputar di rumah ini. Selangkah lagi dia akan keluar dari rumahnya sendiri, dan tak akan mungkin pernah kembali. Sedang di luar pintu, ratusan santrinya membungkam mulut mereka, ada yang sebagian menangis, acuh, ada yang berbisik menghina. Mereka semua tabungan surganya abah, kepergiannya tak akan menimbulkan deficit ganjaran abah sedikitpun. Tekadnya bulat, tanpa menghadap ke belakang, sambil menutup mata, ia tarik jilbabnya hingga te

Nurul Furqon Dalam Bingkai Mataku

Image
Banyak kejadian dramatsi akhir-akhir ini membuatku ingin menuliskan banyak hal. Well, tapi bukan itu yang hendak aku tulis di sini. Sedikit aku akan bercerita tentang rumah kedua ku yang tersayang. Nurul furqon.

Panglima

Image
7 TANTANGAN MENULIS - DAY-7   Aku memanggilmu panglima Yang meluluhkan hati tanpa sebilah pedang Melumpuhkan perasaan hanya dengan senyuman Tak pernah ku tahu bagaimana akhirnya bisa jatuh di pelukanmu Sejak perkenalan kita di sebuah dunia yang tak ku tahu sebutannya apa Aku tahu hatiku akan luluh, hanya menunggu waktu Namun hingga musim hujan berganti salju Tak jua ku dapati dirimu di hadapanku Hingga suatu ketika aku bertekad menemuimu Hanya untuk menyampaikan kata rindu Tapi sunggu lidahku keluh Tak dapat lagi mengucap sepatah kata Hanya bahagia yang mendekapku tatkala dirimu di hadapanku Tapi, rupanya itu hanya mimpi panglima, Kita tidak pernah bertemu Raungan rinduku tak pernah menembus hatimu Jeritan tangis dalam penantianku tak pernah menyadarkanmu Aku memanggilmu panglima Yang tak memiliki amunisi untuk memperjuangkan cintanya Karena hatinya telah dikalahkan dunia **** Aku ingin mendapatkan buku terbarunya M. Aan

Bismillah, Wujudkan Impianku ini Tuhan

Image
7 HARI TANTANGAN MENULIS - DAY 6 Jika ditanya apa harapan beberapa tahun ke depan??? Sederhana saja, sepuluh tahun ke depan aku sudah menikah dan punya anak. Tidak.. Tidak.. Bukan sesederhana itu harapanku dimasa depan. The first time yang ingin aku capai di sepuluh tahun ke depan, aku bisa MEMBAWA KEDUA ORANG TUAKU NAIK HAJI. Kenapa? Karena bagiku momen menyempurnakan rukun Islam akan sangat berharga ketika bersama kedua orang tua, terlebih jika itu aku dapat dari hasil jerih payahku bekerja. Next, aku ingin MENJADI PENULIS NOVEL BEST SELLER YANG DIFILMKAN, muluk-muluk memang sepertinya, tapi aku percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Then, aku ingin jadi lulusan S2 Leiden University. Semua orang bebas berharap dan bermimpi bukan??? Maka aku pun demikian. Menggantungkan mimpiku setinggi langit, berani menuliskannya, berani menceritakannya dan mengusahakan serta mendoakan. Jikapun aku tidak bisa meraihnya, setidaknya Tuhan telah mengganjar niat baikku. This life is so si

Amazing Girl!

Image
7 HARI TANTANGAN MENULIS - DAY 5 I’m sure that I was born to be amazing girl !!! Mungkin kalimat itulah yang membuat diriku menjadi over PD dan kadang suka seenaknya sendiri. Orang-orang di sekitarku selalu mengatakan bahwa aku adalah sosok yang ceria, sosok cerewet, humoris, dan suka nyeplos aja kalau berbicara. Ya, karakter terakhir itulah yang kadangkala membuat orang lain rishi, bahkan mungkin pernah tidak sengaja tersakiti hatinya. Menjadi anak Malang, mungkin memang identik dengan berbicara kasar, keras, blak-blakan, dan berbicara tanpa tedeng aling-aling alias blak-blakan. Itu juga yang pada akhirnya mempengaruhi gaya bicaraku. Seringkali tanpa sadar, aku mengeluarkan kalimat yang menurut orang lain itu ‘kasar. Dulu aku orang yang pemarah, tapi, setelah mendapat berbagai nasihat, aku dapat sedikit meredam emosiku. Namun, seringkali watak ini keluar jika aku sedang dalam tekanan tinggi. Jika sudah dalam mood yang buruk, aku menutup mulut rapat-rapat, dan menatap or

Teman Sosmed = Orang Asing ???

Image
7 HARI TANTANGAN MENULIS - DAY 4 Google Berbicara soal teman di media sosial, aku jadi teringat kutipan dalam kumcer karangan Farida Susanti “Tidak ada orang asing di dunia ini,” kalimat itulah yang akhirnya mengantarkanku pada pertemanan dengannya. Orang asing yang membuktikan bahwa kalimat itu benar adanya.

Sosok Idamanku

Image
7 HARI TANTANGAN MENULIS - DAY-3 Source: Google Jika ditanya karakter seseorang seperti apa yang aku sukai. Pasti baka aku jawab, semua karakter orang itu unik dan membawa kesan sendiri-sendiri. tapi, baiklah akan aku jawab tiga diataranya.

Dua Sisi yang Saling Melengkapi

Image
7 HARI TANTANGAN MENULIS-DAY 2 Orang-orang tahu kami selalu bersama. Dimanapun ada saya, di situ pasti ada Nana. Bagai tumbuk dengan tutup, bagai sepsang sandal yang tak terpisahkan. Aku mengenalnya sebagai gadis bersuara bagus saat kami menjadi siswa baru di salah satu SMP di kotaku. Gadis berperawakan kurus tinggi ini memang sosok yang ramah dan mudah beradaptasi. Dia mengambil hati banyak orang dalam waktu sekejap. Penampilan kami hampir bertolak belakang. Aku gemuk, pendek, dan sangat susah untuk berbaur dengan orang-ornag baru. Tapi, bersama nana aku terasa lengkap, dia menyelamatkanku dari kekauan. Tiga tahun duduk di bangku yang bersebelahan saat SMP, rupanya cukup membuat aku dan Nana semakin dekat. Kami mengikuti banyak ekstrakurikuler yang sama. Mulai dari OSIS, jurnalis, pramuka, Go Green, dan masih banyak lagi. Ketika hendak masuk ke jenjang yang lebih tinggi, sebenarnya kami memiliki pilihan sekolah yang berbeda. Sayangnya, takdir pada akhirnya melemparkan kita

Tiga Film Yang Paling Berkesan

7 HARI TANTANGAN MENULIS (DAY-1) Jika ditanya tentang film yang paling berkesan, satu film yang terlintas di pikiranku adalah film Terbelahnya Bulan di Langit Amerika. Ya, tentu saja bagiku film itu berkesan karena menguak sisi lain benua Amerika. Udah nonton berkali-kali, tapi tetap saja menyenangkan. Kisah cinta Rangga dan Hanum begitu menyentuh, mereka berjuang bersama dan saling menguatkan. Ditambah lagi kisah menyentuh istri tertuduh teroris yang diperankan oleh Rianty cukup membuatku ikut sesak. Meskipun film ini tidak sebagus yang aku baca di novel, tapi tetap saja bagiku ini film yang menginspirasi. Film lain yang berkesan adalah film Habibi Ainun 2. Setelah dibuat melting di Habibi dan Ainun, serial kedua dari kisah Bapak Bj. Habibi ini terasa lebih menggugah jiwa. Perjalanannya selama menempuh pendidikan di negeri Jerman dan perjuangannya ketika kembali ke Indonesia membuat air mata bertumpah ruah. Bayangkan saja, tidak semua orang akan sanggup menjalani hidup penuh li

Ramadlan ala Pondok'an VS Rumahan

Image
Ramadlan tahun ini (1438) H terasa berbeda bagiku, of course. Ini pertama kalinya menghabiskan ramadlan di tanah rantau. Menyandang status santri dan buka sahur bersama setiap hari. Euforia menyambut ramadlan sangat terasa ketika berada di pondok. Segala sesuatu kita persiapkan jauh-jauh hari. Mulai dari membiasakan diri bangun shalat malam, membersihkan pondok secara menyeluruh (Ro’an Akbar), menyiapkan mental untuk menghadapi jadwal ngaji yang berlipat-lipat, dan banyak lagi. Ketika ramadlan tiba, rasa haru sempat menyelimuti diriku. Home sick pastilah. Biasanya sahur buka selalu diladeni ibu, sekarang harus nyiapin semuanya sendiri. Kebetulan, aku tidak mengikuti sepuluh hari pertama, karena ada jatah bulanan. Jadi, aku hanya merasakan bahwa ramadlan waktu kita mengaji lebih banyak, itu saja. Barulah setelah hari ke sebelas. Aku merasakan betapa luar biasa ramadlan di pondok. Bayangkan saja, kita harus naik-turun dari lantai 4 ke lantai 1 kurang lebih 7-8 kali sehari. Mula

Kekuatan Tekad Seorang Abah

Image
Bagi sebagian orang, hanya mengenyam pendidikan hingga bangku SMP akan menjadikan dirinya merasa kecil dan beranggapan akan memiliki masa depan yang gelap, penuh kesusahan dalam kemiskinan. Namun tidak halnya dengan KH. Muhammad Chusaini. Lelaki yang akrab disapa Abah Chusaini justru menuai kebrhasilan dalam hidupnya sekalipun hanya lulus SMP. Terlahir sebagai salah satu putra dari dua belas bersaudara menjadikan dirinya mengalami kekurangan dari segi ekonomi. Setelah lulus SMP NU Malang, beliau membantu orang tuanya berjualan di pasar. Tetapi, kebosanan yang melanda dirinya akhirnya menjadi sebuah batu loncatan untuk memilih mondok dan melanjutkan hidup. “Saya pikir, kalau begini terus saya tidak akan bisa maju.” Saat berusia 19 tahun, suami dari Nyai Hj. Dewi Wardah ini memutuskan untuk nyantri di pondok pesantren Tahfidzil Quran Asy-Syadzili, Pakis. Usahanya dalam menghafal alquran tidaklah main-main sekalipun saat itu usia beliau sudah 19 tahun dan hanya bondo nekat ngapa

Ketika Ibuku Penghafal al-Quran sedangkan Aku..

Image
Kisah ini based on true story , pengalaman saya sendiri yang terbit dalam antologi kisah inspiratif penghafal Alquran berjudul Kado Terindah Untuk Abah, terbit: April 2017

Wanita dan Kodratnya

Image
Melihat film kartini, mmebuat saya ingin menuliskan beberapa uneg-uneg yang ada di hati saya, dengan membandingkan realita norma perilaku wanita modern saat ini. Meski eksistensi film ini kalah dengan film-film lain, namun, bagi saya film ini adalah film yang layak diperhitungkan untuk orang-orang yang mencintai budaya jawa.

Cintaku Untuk Mas Huda

Image
Sudah tiga tahun hubungan ini berjalan, tapi hanya begini-begini saja. Ibarat seorang anak, 3 tahun sudah saatnya dia mulai berlari, berbicara, bahkan masuk pra sekolah. Tapi, hubungan kita masih mulai belajar duduk. Masih belajar saling memahami. Lebih tepatnya, aku yang tak pernah memahamimu sepenuhnya.

Aksi Demo Organda Hebohkan Warga Malang

Image
Akhir-akhir ini Kota Malang dihebohkan dengan aksi demo para sopir angkot yang tergabung dalam organda Kota Malang.  Para sopir ini menuntut wali kota Malang,  Abah Anton untuk menghentikan operasi transportasi berbasis online (TBO).  Aksi demo yang dilakukan sopir angkot

Sederet Kata Untuk Abah

Image
Sebuah sajak untuk guru saya, orang tua saya, murabbi saya. Yang ditakdirkan Allah untuk menuntun saya ke surgaNya melalui pesantren ini... Ku persembahkan sajak ini tepat di hari lahir beliau yang ke 61 (1 Januari 2017) ************************************************** 61 tahun lalu, abah terlahir ke dunia ini untuk menjadi seorang putra yang dinanti kehadirannya, menjadi ayah terbaik bagi putra-putri abah, menjadi guru terbaik bagi manusia di negeri ini, dan menjadi bagian dari pejuang kalam ilahi. Kini, pada tahun ke 61 tahun itu, kami mengenal abah sebagai sosok yang luar biasa. Abah bukan sekedar guru bagi kami, namun juga ayah yang hebat. Meski kami bukan putra-puteri kandung abah, namun, kasih sayang abah bak seorang ayah yang menimang kami sejak bayi. Abah, keberadaan kami, mungkin hanya dalam hitungan tahun bersama abah. Dalam sehari, hanya beberapa jam saja kami bisa menatap abah. Namun, bersama dengan abah memberikan sejuta makan dalam hidup kami. Milyaran

Berpetak Umpat Mencintaimu

Image
Aku tergelak Saat suaramu menyembul ke permukaan Panahan matamu menembus titik kuning hatiku Tak ku goyangkan badan ini Tapi kaki ini terus bergetar Pertahananku runtuh Sayatan pisau tajam sekalipun Hanya bisa melukai kulit ariku Tak sampai pada akarnya yang menancap Tak akan berbekas hingga mulut tak lagi berucap Aku dan hatiku Berpetak umpat mencintaimu Kucing-kucingan setengah mati menatapmu Mempertarungkan tatapan Yang tak urung keseriusan Tidakkah kau lihat Ada lukisan cinta di mata ini Ada cairan rindu yang kujaga untuk tak sampai jatuh Dan ada warna kelabu di pupil ini Saat kau buatkan mendung untukku Hentikan sudah cinta ini Jika kau tak mau Bunuh saja rindu ini Jika kau tak tahan lagi Butakan saja mataku Jika melihatmu hanya akan menjadi benalu hidupku 1 November 2013

Kiamat dan Surga Kavlingan

Image
“Kakak, kiamat itu apa?” tanya adikku pada suatu ketika. Aku tersenyum sebari memandang wajahnya yang lugu. “Menurut Kamu apa, Dik?” jawabku menimpalinya pertanyaan. Dia menggeleng. “Kata ustadzku, kiamat itu kalau sudah ada peperangan di dunia ini. Kalau sudah ada pembela orang-orang muslim dari penganut agama non islam. Kalau itu sudah terjadi, berarti kiamat sudah dekat. Sekarang itu sudah terjadi, Kak? Di Negara barat sudah ada ancaman akan ada orang-orang Kristen yang membela muslim amerika. Berarti kiatam sudah dekat ya, Kak?” aku memeluknya sebari melebarkan senyum haru. Dia masih kecil, bahkan terlalu kecil untuk mengetahui isu-isu politik di luar sana.

Bekal Kehiudupan Adalah Doa

Image
“ Bayarane tukang iso tah gawe nguliahno arek ?” perkataan itu sering kali menusuk telingaku hingga menghujam jantungku. Aku akui, aku memang anak seorang tukang batu dan penjual bakso kecil-kecilan. Hidup kami serba nge-pas. Tapi, meskipun demikian, orang tuaku memiliki kesadaran yang tinggi akan pendidikan anak semata wayangnya ini. Bagi orang tuaku, tidak penting mereka lulusan apa, asal anaknya bisa menjadi sarjana, bahkan profesor kalau bisa. Mereka juga memiliki pedoman bahwa “Sekolah itu tidak untuk mencari kerja, tapi untuk mencari ilmu. Kalau ingin mencari kerja, tidak usah sekolah. Carilah saja pekerjaan.” Hal itulah yang kemudian memacu semangatku untuk melanjutkan pendidikan. Kalau pun ingin bekerja, rasanya percuma. Aku lulusan aliyah yang tidak mengerti seluk-beluk dunia kerja.

Ini Bukan Puisi, Bukan Pula Sajak Anak-anak

Image
Ini bukan puisi, bukan pula sajak anak-anak. Ini adalah barisan kalimat pelipur lara yang kucoba tuliskan untuk menghibur diri yang dilanda sepi Ini bukan puisi, bukan pula sajak anak-anak. Aku pernah terjangkit cinta, dan terjatuh dalam kubangan cinta yang kubuat sendiri Aku pernah merasa sepi di ujung pagi, Pernah tertawa di dalam luka, pernah bahagia di dalam duka Aku pernah menjadi putri yang dipuja, dipuji, Pun pernah dihina, merana Aku terbiasa berbunga-bunga sekalipun tak ada yang menyirami, Aku terbiasa layu ketika diam-diam lebah menyengatku dengan ganasnya, Aku pernah merasakan semua itu. Ini bukan puisi, bukan pula sajak anak-aanak, Aku pernah merasakan tangis yang tawar hingga nanar Aku pernah berendam dalam kerinduan hingga kedinginan Aku pernah mendekur di atas balkon kebimbangan dan keputusasaan Aku pernah, dan aku terbiasa Namun, entah kenapa kini semua terasa berat, Semua yang ku alami seakan berkali lipat bebannya Entah mengaapa