Posts

Showing posts from April, 2015

Sertijab Bukan Sertijab

Image
dari kiri : Mbak Nilun, si Cantik Qolbi, dan Pak Hend.. :) "I Love This Family... :*" Tiada yang lebih indah dan menyenangkan selain berlibur bersama keluarga. Ya, begitulah... aku baru saja berlibur bersama keluargaku, Kawan! Keluargaku di jajaran redaktur OASE MAN Gondanglegi. Kamis (23/4) lalu, tim jurnalistik MANDAGI baru saja melaksanakan kegiatan serah terima jabatan di Jatim Park I, Kota Batu. Kegiatan ini merupakan kegiatan akhir yang seharusnya dilaksanakan pada Bulan Desember tahun lalu. Sayangnya, biayanya tidak memadai dan jadilah kami berangkat di Bulan April ini. Sengaja kami memilih JTP I sebagai lokasi sertijab karena selain sertijab, kami juga menyempatkan diri merefresh pikiran ditengah padatnya proses pembuatan Majalah OASE Edisi 11 yang belum rampung. Ini nih para redaktur OASE yang lama dan baru..  Cukup dua hari untuk menyiapkan kegiatan ini. Tapi, alhamdulillah dapat terlaksana dengan baik. Karena panitianya solid dan KOMPAK ABISSS ! :D Ro

Aswe, Malaikat Mikail

“Teruntukmu, Sayang. Balaslah suratku ini dengan hatimu!” Sepertinya, aku akan terlihat keren jika aku bisa menulis kalimat seperti itu. “SURAT” nama yang baru ku baca di usiaku yang menginjak delapan tahun. Mungkin, karena aku memang malas membaca, jadi, aku hanya mengetahui kata yang biasa diucapkan emakku. Kertas itu, yang kutemukan di jalan, sangaja aku bawa pulang untuk ku tanyakan lebih lanjut pada emak. Orang yang selalu setia mengajariku dan meladeni banyak pertanyaan dari bibir cerewetku. “Lina, ayo cepat! Kita bisa kehujanan nanti!” Kami, anak dari emak dan bapak yang tak berpendidikan tinggi. Harus mengayuh pedal puluhan meter untuk bisa sampai di depan kelas kami. Jujur saja, aku malas jika disuruh sekolah. Tapi, emakku selalu berkata bahwa sekolah itu bisa menyejahterakan kita dimasa mendatang. Jangan dibayangkan sekolahku sama dengan Kalian. Seragam kami turun temurun warisan dari kakak kelas kami yang sudah lulus. Sepatu? Kami memakainya juga, tapi, saat berse

Gadis Pemadam Asap Rokok

“Hahaha... Hahaha... Hahahaha...” perempuan di sudut jalan itu masih tertawa sendiri dengan asyiknya. Sedang para penduduk terdekat mulai risau dengan keberadaannya. Dialah Nanik, wanita gila dari desa seberang. Tak ada yang tahu pasti penyebab kegilaannya. Hanya kasak-kusuk yang menyatakan ia mantan biduan yang dapat dijadikan tafsiran asal usulnya. Berhari-hari ia duduk di perempatan dengan pandangan mata tajam ke setiap lelaki yang melintas di depannya. Bahkan, ia sering menangis ketika melihat lelaki alim yang mampir di hadapannya. Sungguh aneh, namun, siapa yang akan mengurus wanita gila itu? Sudah sebulan lebih Nanik tak kunjung beranjak dari tempat itu. Baunya yang anyir sudah menyeruak ke setiap sudut kampung. Tawanya terus mengudara, bahkan semakin menjadi-jadi. Siang ini, seorang kyai dari daerah desa nun jauh di sana mendatangi Nanik dan memulai percakapan batin dengannya. Orang kampung yang melihatnya justru menilai kelakuan kyai itu adalah kesintingan, “ Wong