Cintaku Untuk Mas Huda
Sudah tiga tahun
hubungan ini berjalan, tapi hanya begini-begini saja. Ibarat seorang anak, 3
tahun sudah saatnya dia mulai berlari, berbicara, bahkan masuk pra sekolah.
Tapi, hubungan kita masih mulai belajar duduk. Masih belajar saling memahami.
Lebih tepatnya, aku yang tak pernah memahamimu sepenuhnya.
Tiga tahun lalu,
ketika aku mulai mengenalmu dan berkomitmen untuk hidup bersama denganmu, saat
itu aku membayangkan masa-masa indah yang akan kita lewati bersama. Namun,
seiring berjalannya waktu, semakin banyak hal yang melenakanku, hingga aku lupa
untuk berbagi cinta denganmu. Bahkan semua nampak terbengkalai. Kisah cinta
yang kita bangun morat-marit. Entah kenapa, saat itu aku justru berlari.
Aku mencari
kebahagianku di sisi lain, mengikuti berbagai aktivitas dan organisasi yang aku
sukai. Sudah kubilang kan, aku tidak suka dibatasi, apalagi dilarang. Pun
dengan dirimu, sekalipun kau kekasihku. Aku begitu asyik dengan duniaku,
merengkuh satu persatu mimpiku, meraih satu demi satu penghargaan. Aku begitu
bangga dengan penyematan berbagai gelar. Aku begitu bahagia ketika akhirnya aku
bisa masuk pada pintu-pintu kebahagiaan yang menrutuku akan membawaku pada
kebahagiaan dan keberhasilan.
Tapi, ternyata aku
salah. Ketika aku berada di titik jenuh pada rutinitasku itu, aku mulai
menyadari bahwa selama ini aku tak mendapatkan kedamaian seperti yang aku
rasakan bersamamu. Ini cinta, tapi aku mengabaikannya. Bukankah perasaan paling
nyaman adalah ketika berdiam diri dengan yang kita cintai? Bukankah saat paling
khusyu’ adalah ketika fokus pada yang kita cintai? Aku mengabaikanmu sekian
lama, aku akui itu. Aku sesekali menengokmu, sesekali saja menyentuhmu,
sesekali saja bersamamu. Hanya sesekali.
Kini, ketika aku mulai
ingin merajut kembali kisah kasih denganmu, berbagai cobaan itu muncul lagi.
Hal-hal mengasyikkan yang aku impikan sedari dulu. Tapi, apalah daya. Aku
terlanjur berikrar bahwa tak akan meninggalkanmu lagi, tak mungkin aku
mengkhianatimu kembali. Maka, kuputuskan untuk meninggalkan semua fatamorgana harapan,
kembali menyadarkan diriku bahwa aku mencintaimu dan ingin melanjutkan hidup
denganmu, hingga mati.
Dengan segenap tetesan
air mata, dan segenap kepedihan yang kucoba tepiskan seorang diri, aku berikrar
untuk menyelesaikan cinta ini, merangkai setiap langkah yang kita jalani
bersama. Hubungan ini memang tidak mudah untuk dijalani, dan hanya boleh untuk
orang-orang terpilih. Seandainya aku tak dipilih-Nya, maka aku akan mengubah
takdirku agar aku bisa memilikimu, Cinta. Karena bersamamu aku tahu jalan
hidupku akan menemui cahaya, bersamamu aku akan meraih impian-impianku yang
kutangguhkan. Sekalipun dengan tangis darah dan waktu yang lama.
Berjanjilah Kau untuk
tetap dihatiku apapun yang terjadi. Perjalanan kita memang membutuhkan waktu
yang lama, tapi dari situlah aku bisa merasakan berbagai rasa yang tak mungkin
ada jika hubungan kita hanya sekejap mata. Dari beberapa tahun itulah aku akan
merasakan betapa berat memperjuangkanmu, agar aku tak mudah untuk berpaling
darimu. Berjanjilah untuk itu!
Semoga alam ini juga
turut mendoakan keabadian kisah cinta kita,
Dalam balutan malam
yang dingin, mendekapku dengan tangan kotorku, melafalkanmu dengan mulutku yang
sumbang. Jadilah teman hidupku, Mas Huda J Cinta yang memiliki 114 surat dan 30 Juz JJJJJ
Comments
Post a Comment