Kebenaran Terabaikan
Hujan sudah mulai reda. Hanya tinggal rintik-tintik kecil yang kasat mata. Setengah jam aku bermain di bawah hujan dengan gadis cilik itu. “Kakak, siapa nama Kakak?” Tanya gadis kecil itu. Aku tersenyum, lalu berjongkok menyamakan tinggiku dengannya. “Aku Bila.” “Kakak wartawan ya?” tanyanya penuh selidik. “Kok kamu tahu? Iya, kakak wartawan. Kenapa? Kamu juga ingin jadi wartawan?” “Iya. Aku ingin jadi wartawan. Karena kalau aku jadi wartawan, aku bisa menyampaikan kebaikan kepada orang lain. Aku bisa menyiarkan kabar dari seluruh dunia. Aku bisa menolong ornag lain yang perlu pertolongan.” Jelasnya lugu. Aku tersenyum, dia belum tahu bahwa menjadi wartawan tak semudah yang ia pikirkan. Gadis itu lalu meninggalkanku dan masuk ke rumahnya yang sederhana. *** Di sebuah gedung berlantai dua, seorang wanita tengah sibuk menghubungi seseorang. Berkali-kali ia memanggil tapi tak ada jawaban. Bahkan, sekarang nomor yang ia tuju tidak aktif. “Kirimi dia pesan untuk menemui say