Amazing Girl!

7 HARI TANTANGAN MENULIS - DAY 5

I’m sure that I was born to be amazing girl!!! Mungkin kalimat itulah yang membuat diriku menjadi over PD dan kadang suka seenaknya sendiri. Orang-orang di sekitarku selalu mengatakan bahwa aku adalah sosok yang ceria, sosok cerewet, humoris, dan suka nyeplos aja kalau berbicara. Ya, karakter terakhir itulah yang kadangkala membuat orang lain rishi, bahkan mungkin pernah tidak sengaja tersakiti hatinya.
Menjadi anak Malang, mungkin memang identik dengan berbicara kasar, keras, blak-blakan, dan berbicara tanpa tedeng aling-aling alias blak-blakan. Itu juga yang pada akhirnya mempengaruhi gaya bicaraku. Seringkali tanpa sadar, aku mengeluarkan kalimat yang menurut orang lain itu ‘kasar.
Dulu aku orang yang pemarah, tapi, setelah mendapat berbagai nasihat, aku dapat sedikit meredam emosiku. Namun, seringkali watak ini keluar jika aku sedang dalam tekanan tinggi. Jika sudah dalam mood yang buruk, aku menutup mulut rapat-rapat, dan menatap orang lain dengan tatapan tajam. Teman-temanku sudah hafal betul perihal ini, yang bisa mereka lakukan adalah membiarkannya karena beberapa menit kemudian aku akan membuat mereka tertawa terbahak-bahak.
Hal lain yang cukup membuat orang di sekitarku sebal adalah, aku suka kentut dan ngupil. Kebanyakan wanita akan sangat risih dengan dua hal ini. Tapi, bagiku dua hal ini adalah kenikmatan yang tiada tara. Mengupil dimana saja, bahkan ketika jalan-jalan di mall, di kelas, di masjid, dimana saja selagi hidungku gatal. Meski kadang ada teman yang bilang “Aduh, nggilani banget deh.” Bagiku taka da masalah selagi upilku tidak aku lemparkan padanya.
Masalah kentut, sepertinya ini faktor DNA. Ya, ayahku suka sekali kentut dengan suara keras di rumah, jadi bisa dipastikan jika aku sedang berada di rumah, aku akan lomba keras-kerasan kentut dengan beliau. Namun, hidup di pondok pesantren dengan latar belakang keluarga yang berbeda-beda, membuatku harus menutupi hobi ini. Sayangnya, semakin aku menahan untuk tidak kentut, semakin kuat hasrat kentutku untuk keluar. Walhasil, tak jarang saat sedang dalam keramaian aku kentut diam-diam. Tapi, karena aku orang yang pede, jadi aku nampak biasa saja. Aku juga percaya bahwa kentutku tidak pernah bau.
Saat di kamar, karena aku termasuk anggota kamar yang berusia muda, maka jika perutku sudah tidak bisa menahan, aku akan bilang “Mbak, permisi lho ya, permisi banget aku harus kentut,” dan tanpa menunggu persetujuan mereka, kentutku langsung keluar secara otomatis dengan suara merdu. Penghuni kamar pun langsung bilang “Masyaallah!!!!” secara bersama-sama. Tapi percayalah, mereka tidak pernah mengeluhkan bau kentutku.
Keanehan lain yang mungkin membuat teman-temanku ilfil adalah kesukaanku memakai lipstik dengan warna pink fanta. Hobiku yang lain memang membeli lipstikk yang tidak sesuai ekspektasi. Entah kenapa, setiap kali aku beli lipstik, setiap kali itu pula aku mendapatkan warna pink fanta. Tentu saja teman-teman mengejekku dan berkata “Kayak tante-tante deh,” tapi aku tidak mau kalah, aku selalu membalas “Gapapa dong. Biar cetar.” Mereka tahu bahwa aku suka pink dan pede-pede saja memakainya, tapi mereka tidak tahu bahwa sebenarnya itu adalah ketidaksengajaan yang merugikan. Tenang saja, aku tidak akan berani memakainya ketika kuliah ataupun hanya untuk jalan-jalan sore. Aku menyimpannya dan akan memakai lipstik teman-temanku untuk keperluan sehari-hari.

Itulah mungkin beberapa sisi lain diriku yang menurutku ‘aneh’ tapi maaf ya, jika yang Kalian maksud dengan kategori ‘aneh’ yang lain, aku tidak memilikinya. Aku orang normal yang kebetulan memang seringkali bertingkah lain dari teman-temanku, selain itu, aku kan sudah mengatakan, that’s I was born to be amazing girl

Comments

  1. Karena setiap orang punya keunikan masing2. Cuman mbok yo liat2 mbak jangan kentut sembarang malu2in temennya. Wkwkwk

    Itsnahm

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Resensi Novel “Hujan” Karangan Tere Liye

Perjuangan Tanpa Batas Sang Jenderal (Review Film Jenderal Soedirman)

Kirab Haul Mbah Sogol: Momentum Memutar Ulang Sejarah