Posts

Showing posts from February, 2017

Sederet Kata Untuk Abah

Image
Sebuah sajak untuk guru saya, orang tua saya, murabbi saya. Yang ditakdirkan Allah untuk menuntun saya ke surgaNya melalui pesantren ini... Ku persembahkan sajak ini tepat di hari lahir beliau yang ke 61 (1 Januari 2017) ************************************************** 61 tahun lalu, abah terlahir ke dunia ini untuk menjadi seorang putra yang dinanti kehadirannya, menjadi ayah terbaik bagi putra-putri abah, menjadi guru terbaik bagi manusia di negeri ini, dan menjadi bagian dari pejuang kalam ilahi. Kini, pada tahun ke 61 tahun itu, kami mengenal abah sebagai sosok yang luar biasa. Abah bukan sekedar guru bagi kami, namun juga ayah yang hebat. Meski kami bukan putra-puteri kandung abah, namun, kasih sayang abah bak seorang ayah yang menimang kami sejak bayi. Abah, keberadaan kami, mungkin hanya dalam hitungan tahun bersama abah. Dalam sehari, hanya beberapa jam saja kami bisa menatap abah. Namun, bersama dengan abah memberikan sejuta makan dalam hidup kami. Milyaran

Berpetak Umpat Mencintaimu

Image
Aku tergelak Saat suaramu menyembul ke permukaan Panahan matamu menembus titik kuning hatiku Tak ku goyangkan badan ini Tapi kaki ini terus bergetar Pertahananku runtuh Sayatan pisau tajam sekalipun Hanya bisa melukai kulit ariku Tak sampai pada akarnya yang menancap Tak akan berbekas hingga mulut tak lagi berucap Aku dan hatiku Berpetak umpat mencintaimu Kucing-kucingan setengah mati menatapmu Mempertarungkan tatapan Yang tak urung keseriusan Tidakkah kau lihat Ada lukisan cinta di mata ini Ada cairan rindu yang kujaga untuk tak sampai jatuh Dan ada warna kelabu di pupil ini Saat kau buatkan mendung untukku Hentikan sudah cinta ini Jika kau tak mau Bunuh saja rindu ini Jika kau tak tahan lagi Butakan saja mataku Jika melihatmu hanya akan menjadi benalu hidupku 1 November 2013

Kiamat dan Surga Kavlingan

Image
“Kakak, kiamat itu apa?” tanya adikku pada suatu ketika. Aku tersenyum sebari memandang wajahnya yang lugu. “Menurut Kamu apa, Dik?” jawabku menimpalinya pertanyaan. Dia menggeleng. “Kata ustadzku, kiamat itu kalau sudah ada peperangan di dunia ini. Kalau sudah ada pembela orang-orang muslim dari penganut agama non islam. Kalau itu sudah terjadi, berarti kiamat sudah dekat. Sekarang itu sudah terjadi, Kak? Di Negara barat sudah ada ancaman akan ada orang-orang Kristen yang membela muslim amerika. Berarti kiatam sudah dekat ya, Kak?” aku memeluknya sebari melebarkan senyum haru. Dia masih kecil, bahkan terlalu kecil untuk mengetahui isu-isu politik di luar sana.

Bekal Kehiudupan Adalah Doa

Image
“ Bayarane tukang iso tah gawe nguliahno arek ?” perkataan itu sering kali menusuk telingaku hingga menghujam jantungku. Aku akui, aku memang anak seorang tukang batu dan penjual bakso kecil-kecilan. Hidup kami serba nge-pas. Tapi, meskipun demikian, orang tuaku memiliki kesadaran yang tinggi akan pendidikan anak semata wayangnya ini. Bagi orang tuaku, tidak penting mereka lulusan apa, asal anaknya bisa menjadi sarjana, bahkan profesor kalau bisa. Mereka juga memiliki pedoman bahwa “Sekolah itu tidak untuk mencari kerja, tapi untuk mencari ilmu. Kalau ingin mencari kerja, tidak usah sekolah. Carilah saja pekerjaan.” Hal itulah yang kemudian memacu semangatku untuk melanjutkan pendidikan. Kalau pun ingin bekerja, rasanya percuma. Aku lulusan aliyah yang tidak mengerti seluk-beluk dunia kerja.