Ini Bukan Puisi, Bukan Pula Sajak Anak-anak

Ini bukan puisi, bukan pula sajak anak-anak.
Ini adalah barisan kalimat pelipur lara yang kucoba tuliskan untuk menghibur diri yang dilanda sepi
Ini bukan puisi, bukan pula sajak anak-anak.
Aku pernah terjangkit cinta, dan terjatuh dalam kubangan cinta yang kubuat sendiri
Aku pernah merasa sepi di ujung pagi,
Pernah tertawa di dalam luka, pernah bahagia di dalam duka
Aku pernah menjadi putri yang dipuja, dipuji,
Pun pernah dihina, merana
Aku terbiasa berbunga-bunga sekalipun tak ada yang menyirami,
Aku terbiasa layu ketika diam-diam lebah menyengatku dengan ganasnya,
Aku pernah merasakan semua itu.
Ini bukan puisi, bukan pula sajak anak-aanak,
Aku pernah merasakan tangis yang tawar hingga nanar
Aku pernah berendam dalam kerinduan hingga kedinginan
Aku pernah mendekur di atas balkon kebimbangan dan keputusasaan
Aku pernah, dan aku terbiasa
Namun, entah kenapa kini semua terasa berat,
Semua yang ku alami seakan berkali lipat bebannya
Entah mengaapa
Ini bukan puisi, bukan pula sajak anak-anak
Aku seperti pernah terbang di atas awan yang tinggi
Menari di antara bintang-bintang yang berpendaran
Dihujani cinta
Beradu pandang dengan seorang pangeran yang menawan
Tapi, aku jatuh seketika
Terpental di atas aspal kenyataan
Dalam kesendirian, aku menyadari
Itu bukan bintang, hanya cahaya yang menyilaukan
Itu juga bukan cinta, tapi racun kematian
Dan dia bukan pangeran,
hanya dia seseorang yang meninggalkan jejak kerinduan setelah kepergiannya
dia menyadarkan
Bahwa kesemuanya hanya hayalan
Hanya hayalan
Yang seperti dalam puisi, dan barisan sajak anak-anak

Hanya itu…

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel “Hujan” Karangan Tere Liye

Perjuangan Tanpa Batas Sang Jenderal (Review Film Jenderal Soedirman)

Kirab Haul Mbah Sogol: Momentum Memutar Ulang Sejarah