Donasi Untuk Mading Tiga Dimensi



MALANG - MSC’15 meluaskan promonya hingga wilayah Pasuruan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peserta yang berasal dari SMAN 02 Pasuruan di tahun kelima M-teens School Competition yang diselenggarakan, pada 29 Januari hingga 1 Februari mendataang. Mereka adalah dua belas siswa/ siswi yang mengikuti lomba mading 3D, dan M-teens Photograph. Latar belakang hingga tim ini sampai di Malang terbilang cukup unik dan penuh peruangan. Berangkat dari rasa percaya diri dan semangat yang membara, tim ini akhirnya sampai di Aula SKODAM V Brawijaya Malang dan siap memamerkan madingnya yang berkonsep tatanan kota di masa depan. Tim yang terbentuk dari ekstrakurikuler mading ini bertekad untuk mengikuti MSC supaya dapat mengetahui sampai sejauh mana kemampuan mereka dalam berkreasi membuat mading, selain juga untuk menambah pengalaman dan teman. Sayangnya, perjalanan mereka tidak semulus yang mereka inginkan.
Keikutsertaan tim ini dalam ajang yang diselenggarakan selama empat hari ini memang disetujui oleh pihak sekolah. Akan tetapi, dari sejumlah dana yang mereka ajukan dalam proposal, tidak ada sepersen pun yang turun kepada mereka. Berhubung tim ini sudah memiliki konsep yang matang, mereka pun tak segan-segan untuk berkeliling sekolah meminta bantuan biaya kepada teman-temannya di sekolah. Tidak hanya di lingkungan sekolah, mereka juga meminta bantuan biaya kepada beberapa supermarket dan pabrik di sekitar sekolah mereka. Uniknya, mereka tidak menyebut bantuan itu sebagai sponsorship. Mereka menyebutnya sebagai donasi untuk Mading 3D. “Kalau sponsorship kan ada timbal baliknya, jadi kami menyebutnya donasi karena tidak ada yang bisa kami berikan kepada mereka selain ucapan terima kasih.” jelas Sindi sambil tertawa.
Mading 3D yang digawangi oleh tujuh orang tersebut menyinggung tentang bagaimana seharusnya tatanan kota di masa depan. Mereka menjelaskan, bahwa tatanan kota yang sering mereka jumpai saat ini hanya mengedepankan pembangunan infrastruktur tanpa memerhatikan penghijauan di sekitarnya. Mereka juga menampilkan seolah-olah dimasa depan, akan ada rel kereta bawah tanah hingga bawah laut karena semakin sempitnya lahan yang tersisa.
Biaya yang mereka habiskan untuk kompetisi ini sejumlah Rp. 1.000.000,- itu pun tidak termasuk biaya makan selama pengerjaan dan lomba. Untuk transportasi menuju Malang,  mereka menggunakan satu pick up dan satu mobil biasa. “Kami tidak pulang-pergi pasuruan setiap hari, jadi kami ngekos di di sekitar sini selama empat hari untuk berhemat” jelas Anjar, salah satu anggota tim ini. (B/N)

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel “Hujan” Karangan Tere Liye

Perjuangan Tanpa Batas Sang Jenderal (Review Film Jenderal Soedirman)

Kirab Haul Mbah Sogol: Momentum Memutar Ulang Sejarah