Lembar-lembar Terakhir (Part Terakhir)

7 Mei 2016
Pengumuman Kelulusan! Hari itu aku sama Nana bener-bener terkejut ketika tahu temen-temen pakai rok seragam warna putih. Kita udah PD aja gitu datang pakai rok bebas, untungnya warnanya sama-sama abu-abu. Kok bisa salah kostum? Kata temen-temen itu pemberitahuannya dadakan, lewat pesan broadcast BBM, sialnya kita sama-sama off BBM. Nggak ada yang sms juga. Sempet worried sih, tapi, yaudahlah. Pikirku, nggak mungkin juga disuruh pulang. Kita bener-bener nggak tahu. Bapak kesiswaan yang baik hati dan penyayang tidak mungkin tega marahin kita yang masih imut-imut ini kan? Hehe :D pokoknya pagi itu sudah cukup bikin mood kita hancur. Jadi, untuk pembelajaran, lain kali kalau sebar info lewat sms juga ya, Kasihan temen-temen Kalian yang nggak on di sosmed. Toleransi berteknologi ya! :D
Bibi dan Nana,, Kita nggak salah kostum kok pas wisudah :D

Siang hari, pengumuman pun dibagikan. Dag-dig-dug banget lah. Apalagi sebelum amplop dibagikan Bu Muyas sudah bilang kalau nilainya cukup mengejutkan *jelek* maksudnya. Pas buka amplop, rasanya lega banget ada kata LULUS di sana. Tapi, begitu lihat bawahnya, hmmmm rasanya pingin gulung-gulung *alay*. Alhamdulillah nilaiku ada yang 9, 6, dan 7. Kalau Bahasa Inggris udah aku duga sih kalau akan jelek, sastra Indonesia dan Bahasa Indonesia juga udah aku duga kalau nggak bakal dapat 9. Yang diluar dugaan itu Antropologi. Bener-bener mengejutkan! Angka 7 guys! Tapi, nggak papa lah. Alhamdulillah. Biar pun nilainya jeblok, tapi, aku punya catatan yang lengkap, punya koleksi istilah ‘aneh’ dari ujung barat sampai timur Indonesia *dalam hal etnografi maksudnya*.
Rata-rataku juga bukan yang tertinggi di kelas. Pasti itu diluar dugaan guru-guru juga kan? Pada akhirnya, aku sadar bahwa roda tidak bisa selalu di atas, semuanya pasti berputar. Yang dianggap orang bisa mencapai keberhasilan, belum tentu juga bisa mendapatkannya. Makanya, jangan meremehkan atau pun mendewakan seseorang dengan berlebihan. Itu juga menandakan ada usaha dan doaku yang masih cacat. Sedih? Iyalah pasti. Aku manusia biasa, wajar dong kalau detik dimana kita kalah terkadang menjadi detik yang memilukan. Tapi, bukan berarti aku setres berat gitu! Aku harus bangkit! UN bukan segala-galanya.
Kemudian, siang itu dilanjutkan dengan shalawatan bareng RESOLUSI. Diawali dengan tausiyah dari Pak Hamim. Tahu nggak, momen ini bikin hati bergetar. Pak Hamim berkata, “Ibaratnya, Kalian sekarang keluar dari mulut buaya dan masuk ke mulut singa. Di sini, Kalian hidup dengan setengah dari kehidupan saya, kehidupan Pak Budi. Kok bisa, Pak? Iya, saat Shalat dhuhur, Kalian dioprak-oprak suruh cepat ke mushalla shalat berjamaah, Kalian harus pakai seragam karena ada aturan tatib.  Tapi, setelah ini Kalian hidup dengan kehidupan Kalian sendiri. Kalian bebas menentukan jalan hidup Kalian sendiri.” Pak Hamim juga berpesan untuk berperilaku sesuai tuntunan Rasulullah, karena Rasulullah adalah uswatun hasanah. J FYI: Pak Hamim juga berpesan kalau mau minta video untuk pembelajaran di kelas, beliau siap me-ngopikan. :D Sosok guru yang suka berbagi video dan kisah-kisah menarik, pokoknya bikin adem ke hati.
Terima kasih, Pak Hamim telah memberi warning kepada kami, mengingatkan kami untuk menjaga perilaku kami, terlebih kami lulus dengan menyandang predikat ‘Alumni MAN Gondanglegi’ it’s not easy to bring this. Gimana dengan acara coret-coret, Bi? Hm, nggak kepikiran tuh. Bahkan aku nggak tahu kalau temen-temenku bikin acara corat-coret seragam. Selesai acara di mushalla, aku bantu-bantu panitia, langsung pulang karena udah sore.
 9 Mei 2016
Pengumuman SNMPTN! Siang itu aku disms Nana, dikasih tahu kalau pengumuman SNMPTNnya udah keluar. Dia juga bilang kalau dia harus coba lagi. Saat itu, yang ada dipikiranku Cuma takut! Takut kalau nggak diterima. Nana aja nggak lolos, apalagi aku? Pikirku. Tapi, sebelum aku berangkat ke warnet lihat pengumuman *karena paketanku habis* ibuku bilang, “Lolos. Lolos. Pasti lolos.” Bismillah, aku berangkat dengan membawa keyakinan ibuku.
Dannnnnn Jedenggggg! Aku LOLOS. Senengnya nggak karuan rasanya. Dalam hati aku bersyukur banget. Meski aku nggak tahu harus dengan biaya apa nantinya aku kuliah. J Satu hal yang dapat aku ambil dari hal ini. Doa ibu dan bapak segalanya! Keyakinan itu juga penting! Aku selalu yakin bisa masuk sana meski dengan D.T hanya 16 orang di jalur SNMPTN. Meski dengan nilai sastraku yang selalu pas-pasan. Saat orang bertanya “Kok ngambil sastra indonesia? kok nggak sastra inggris saja?” aku hanya senyum saja. Aku tak harus mendebat mereka dengan argumenku. Takdir pasti menunjukkan jawabannya pada mereka suatu hari nanti.

Meski awalnya ibuku menghalangi niatku untuk kuliah, pada akhirnya beliau mengiyakan juga. Doanya tak pernah henti. Keyakinanya aku bisa masuk sastra indo UM bahkan melebihi diriku sendiri. Pun dengan kyai dan nyai ku yang turut mendoakanku, mendorongku untuk lanjut kuliah. Meski nggak tahu bakalan jadi kayak apa hafalanku nanti kalau udah kuliah. Guru-guruku juga yang selalu berdoa untukku dan teman-temanku. Terimakasih ya Rabb, terima kasih semuanya! Semoga nanti aku bisa membahagiakan Kalian di sana. J
Buat teman-temanku yang belum Lolos, yakin saja ada jalan lain, Kawan. Memang mudah bilang seperti itu, kalau pun aku di posisi Kalian mungkin aku juga bakal sedih. Tapi, itu semua ‘Hak Prerogatif’nya Tuhan *pinjem istilahnya Pak Hend* kita tidak bisa menebaknya. Yang harus kita lakukan adalah meminta Tuhan menjatuhkan hak prerogative baik-Nya pada kita. J J *keracunan coklat ini kayaknya, ngomongnya ngelantur* :D
13 Mei 2016
Hari itu gladhi wisuda, dan nasib sial menimpaku. Tahu nggak kenapa Bibi pakai masker waktu gladhi? Itu karena wajahku bengkak, Pemirsa! L L L siang hari sebelum berangkat, aku minum obat spasminal namanya, obat buat apa? Rahasia! :D aku lupa kalau aku punya alergi obat. Pernah waktu itu Tryout setelah minum obat itu wajahku langsung bengkak juga, istilahnya *biduren* tapi hanya di wajah dan tangan. Siang itu karena saking sakitnya, akhirnya aku minum obatnya, dan lupa nggak minum obat anti alerginya. Jadilah wajahku merah-merah, bibirku mulai monyong. Sekitar mata udah bengep. Jelek banget deh pokoknya. Jadi, aku putuskan untuk pakai masker.
Bengkaknya tambah parah waktu pulang gladhi. Karena aku baru sampai rumah pas Isya. Kena dingin tambah gatal rasanya. Langsung deh pas sampai rumah minum obat alergi, minum madu, air hangat, pakai jaket, selimutan dan tidur! Berharap besok kan kembali cantik :D *ternyata, emang obat itu menimbulkan efek samping berupa gatal. Dan dokternya waktu ngasih nggak bilang ke aku.*
14 Mei 2016
Pagi buta, jam 3.00 aku udah bangun. Langsung menghadap ke cermin gede di kamarku. Ahhh! Wajahku kembali cantik !! :D :D enggaklah. Masih ada sisa bengkaknya di bawah mata sama dagu. Jadi pagi itu mataku kelihatan sipit. Kayak orang china. Pokoknya masih aneh dipandang. Berhubung aku harus ke salon jam 4, jadinya aku segera manasin air, mandi, sarapan, minum obat, minum air hangat dan cus ke salon! Shalatnya? Aku dapat cuti dari Allah :D
Waktu pertama kali selesai make up :D CANTIK KAN ?? :d
Biar pun aku datang jam 4.15, aku baru dimake up jam 5.45 pemirsa! Di salonnya masih antri. Beruntung banget si mbak nya yang tukang make up pintar nyembunyiin sisa bengkak di wajahku. Waktu itu bengepnya juga udah agak ilang sih. Tinggal di bawah mata. Setelah di touch up sana sini, selesailah make up jam 6.30. berubah!! Aku jadi princess yang cantik! :D :D *padahal juga biasa aja* kata tetanggaku sih ‘manglingi’ beda sama aslinya. Sama aja deh perasaan, jidatku juga sama lebarnya dengan sebelum dimake up :D
Moment wisudah kali ini bener-bener bikin aku nggak bisa move on dari MANDAGI. Tahukah Kalian, aku dinobatkan jadi Wisudawati terbaik dari jurusan Bahasa. Aku pikir, dengan kalahnya aku di UN, mimpiku itu hilang. Tapi, aku salah. Kesempatan itu masih diberikan Allah padaku. (Wisudawati terbaik MANDAGI 2016 adalah salah satu mimpi yang pernah aku tulis. Saat aku menulisnya setelah lulus MTs, dan aku menganggap mimpi itu absurd. Nggak tahu gimana cara mencapainya).
Saat dimana bikin aku nangis parah sampai bulu mataku lepas itu saat pidatonya Nana sampai pembacaan narasi wali kelas itu. Kita emang planning bikin suasana haru, tapi, nggak nyangka kalau bakal seharu itu. Nggak kuat rasanya bacain kesan kelas Bahasa buat Bu Muyas. Apalagi bu Muyas udah berkaca-kaca, sambil peluk aku gitu. Aaahhh gakuat!!! Ini nggak bisa diungkapkan pakai kata-kata. Kalian pasti sudah menyaksikan sendiri gimana suasana mengharukan siang itu. *masalah bulu mata yang lepas, setelah nangis-nangis aku nyari lem buat dipasang lagi :D :D*
Usai acara, tradisi bersalaman dengan guru-guru adalah hal yang berharga siang itu. Aku pribadi mulai dari ujung utara menahan air mata biar nggak jatuh. Melihat wajah mereka satu persatu, mengenang kebersamaan kita, candaan mereka, nasihat mereka, terdengar satu persatu di telingaku. Semua berlarian di memoriku, memori indah tentang guruku. Apalagi saat semua mengatakan ‘Selamat ya, Bi.’ dan tambahan cipika-cipiki dari ibu guru, membuatku semakin ingin berada di sisi mereka lebih lama. Guru baru seperti Bu Laila dan Bu Eni yang nggak pernah ngajar aku sama sekali, nggak pernah kenalan secara langsung aja tahu namaku, dan langsung memberikan pelukan hangatnya padaku. Ahhh I Love You all my teachers! Jangan kangen Bibi ya! Maafkan Bibi kalau ada salah.
Kebahagiaanku tidak berhenti sampai di situ. Aku dikejutkan dengan kedatangan Gita, Ghea dan Fikry (temenku MTs yang sekolah di MAN 1 dan MAN 3) terharu banget rasanya mereka nyempatkan ngucapin Happy Graduation dan datang ke madrasahku. *melankolis banget ya, Bibi :D* meski mereka harus aku kacangin beberapa saat karena banyak orang yang ngantri minta foto sama aku. Ahhaah :D
Fikry, Ghea, Qolbi, Em, Nana, Gitus :)
Juga adek-adek jurnalis yang tiba-tiba bawa kadoan gede rame-rame *yang dibuat bungkus kardusnya motherboard bayangkan!* berat lagi kadonya. Awalnya mereka mau ngerjain aku, tapi gagal. Justru mereka yang aku kerjain. Lho, kok bisa? Jadi, setelah aku tahu kadonya itu berat, aku ngeluarkan statement seperti ini, “Aku nggak mau bawa kadonya kalau Kalian nggak bisa bawa Pak Hend ke sini buat foto sama aku.” Haha :D karena nih anak-anak unyu nurut banget sama mantan pimrednya, jadilah mereka bawain kadonya, dan ada yang muter nyari Pak Hend. Sampai sekitar 30 menitan lah. Entah Pak Hend pergi kemana :D Selama menunggu, ada yang jadi fotograferku sama temen-temen, ada yang megangin kado, ada yang bawain map ijazahku, ada yang Cuma ngikut. Pokok intinya mereka pingin membahagiakan aku siang itu. Jadi, apapun mereka lakukan untukku. Ahahah :D *jahat banget sih, Bi*
Piisss Adek-adek.. makasih ya buat kadonya yang ini :D :D 
Setelah aku bosan menunggu anak-anak yang nyari Pak hend nggak ketemu, aku memutuskan untuk berjalan ke lobi. Mau pulang niatnya. Eh ternyata Pak Hend ketemu. Then, aku stay di lobi, sementara bapaknya udah jalan menuju area lapangan. Jadilah si Ucha ngejar Pak Hend dan bilang kalau sesi fotonya ganti spot di lobi. Wkwkwk :D Dalam hal ini saya minta maaf dan terima kasih ke Pak Hend, yang sudah bersedia mencari Bibi, padahal yang pingin foto Bibi. Harusnya kan Bibi yang nyari, bukan dicari :D :D Anggap saja kado ulang tahun, Pak. :D Waktu aku foto, adek-adekku nglihatin sambil rona bahagia gitu, mungkin dalam hati mereka berkata, “Akhirnya, kita selesai dikerjain Mbak Bibi,” :D Bibi nggak sejahat itu kok, Dek. Ya, emang sih ada niat ngerjain Kalian sebelum Kalian berhasil ngerjain aku, tapi, ada niat lain kok. Yaitu aku pingin foto bareng Kalian, bareng pembina kita sebelum aku benar-benar pergi dari MANDAGI. belum tentu setelah hari itu aku bisa berfoto bareng kayak gitu. Mengertilah, aku sayang Kalian dan tak ingin kehilangan momen berharga hari itu. *yang versi lebih melankolis nanti aku bikinin sendiri buat Kalian via surat :D*
Gede kan kadonya ??? Makasih lho ya, banyak-banyak :D tahun depan kasih kado lagi ya kalau aku ultah .. waks :D

Perjalananku telah berakhir. Setiap hari aku merasa semakin menyayangi madrasah ini dan seluruh isinya. Mungkin cerita-ceritaku ini tak bisa mewakili semuanya. Tentang rasa yang tak bisa diungkapkan pakai kata-kata. Hari dimana aku diwisuda, menjadi hari yang paling menyedihkan sekaligus membahagiakan. Rasanya, aku ingin di sini lebih lama, bersama keluargaku lebih lama. Aku jadi menyesal bagaimana dulu aku menolak disekolahkan di MANDAGI.
Pilihan ibuku memang tidak salah. Perkataan beliau pun benar adanya. Aku menjadi lebih baik di sana. (ceritanya di part I) impianku banyak yang menjadi kenyataan, dan aku bisa membuat ibu bapakku bahagia. Sekarang, aku bukan lagi siswa MAN Gondanglegi. Aku telah menjadi ALUMNI. Aku telah bersiap untuk terbang lebih tinggi lagi, dengan fase kehidupan yang baru, dan status baru sebagai Mahasiswa. Aku berharap bisa membuat almamaterku –yang telah membesarkanku- ini harum namanya. Meski dengan kemampuanku yang pas-pasan.
Ah iya, aku jadi ingat bagaimana dulu tetanggaku meremehkan keluargaku saat aku hendak masuk MTsN. Aku yang dari keluarga berekonomi menengah ke bawah secara logika memang tak akan bisa bersekolah di sana, tapi, aku bisa lulus dari sana dan melanjutkan ke MAN Gondanglegi. Saat akan masuk ke MAN pun cibiran tetangga masih terasa panas. Anak penjual bakso dan tukang batu ini akhirnya masuk ke MAN juga. Dengan tekad dan keyakinan yang kuat, aku sekolah di MAN. walau awalnya aku mengalami polemik dan konflik batin (udah dibaca di part sebelumnya kan?) pada akhirnya, Allah memberiku hadiah berupa kemenangan, keluarga baru, pengalaman, ilmu, dan jalan baru menuju bangku kuliah. Cibiran itu terasa makin panas sekarang. Tapi, aku sudah kebal, Pemirsa. Abaikan sajalah. J J J
Teruntuk guru-guruku, terima kasih untuk semua ilmu dan pelajaran hidup yang tak bisa Bibi balas satu persatu. Doa Ibu, Bapak semuanya, kesabaran Panjengan dalam mengajari saya, kasih sayang, perhatian, dan motivasi yang akan selalu saya kenang, dan akan selalu saya ingat. Milyaran kata terima kasih tentu tak akan cukup untuk melunasi semuanya. Dengan segala kerendahan hati, saya masih meminta doa dari Bapak Ibu agar saya bisa menuai kehidupan baik di dunia dan akhirat. Dimasa depan nanti, saya tak tahu akan menjadi apa diri saya, tapi, saya ingin menjadi Bibi yang bisa membahagiakan orangtua saya, guru-guru saya. Doakan muridmu yang cerewet ini, Pak, Bu. Bukalah selalu pintu maaf, dan pelukan Bapak, Ibu, untuk Bibi. Sebagaimana sebuah rumah, sejauh apapun saya pergi pasti akan kembali ke sana juga. Hubungan guru dan murid tak akan terputus hanya dengan kata Lulus kan? *ahhh menetes deh air mata*
Keponakan kembar yang suka heboh sendiri ! :D :D yang sukanya ngasih aku Lollipop gede!!
Buat teman-teman, adik-adik, para keponakan, yang memberi warna baru dalam hidup Bibi, yang menjadikanku lebih sabar dan sellau ceria, terimakasih banyak yaaa! J J J semoga aku bisa menjadi teman yang baik buat Kalian dunia akhirat. Amiin J See you on top! Terlebih buat adek-adek redaktur, aduhh berat raasanya ninggalin Kalian. Aku yakin Kalian bisa lebih baik dari sekarang, dengan segala hambatan yang Kalian hadapi –dengan ada atau tiadanya Pak Hend-. Andai aku bisa mengulang waktu, aku akan memutarnya dan tak mau jadi redaktur OASE. Hahaha :D Bercanda. :D Kalian nggak akan kehilangan mantan pimred yang cantik ini kok.
Kalau pembina Kalian bilang “Urusan kita di jurnalis belum selesai,” padaku, memang itu benar adanya. Untuk menebus kesalahanku pada Kalian dimasa kemarin, dan untuk berterima kasih pada organisasiku, aku relakan sajalah berkata “Iyya, masih belum selesai.” :D Kalau mau nyari aku gampang kok, akunku ada di semua sosmed, wa, bbm, Instagram, facebok, email, gmail, blog, twitter, rumahku juga nggak pindah, nomer hp ku juga nggak bakal ganti, kalau nggak gitu bisa cari aku di Fakultas Sastra UM. Aku gak akan kabur kemana-kemana :D :D :D
Last, sekarang aku bisa bernafas lega telah menyelesaikan studiku di MAN Gondanglegi, dan berkata dengan bangga “Saya, Azizatul Qolbi alumni MAN Gondanglegi, sekolah pinggiran di tepi sungai dan sebelah kuburan yang bisa mengubah kepompong kecil ini menjadi kupu-kupu yang siap terbang!” thanks God, thanks all, thanks my readers, thank you for reading. Semoga cerita-ceritaku menginspirasi ya. Mengutip satu kalimat waktu seminar
“You were born to win, but, to be a winner, you must plan to win, prepare to win, and expect to win!” Selalu yakini apa yang menjadi mimpi Kalian! Yang pasti husnudzon pada takdir Allah, percaya juga lah pada pilihan orang tua. Ridla mereka segalanya, Guys! J






Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Resensi Novel “Hujan” Karangan Tere Liye

Perjuangan Tanpa Batas Sang Jenderal (Review Film Jenderal Soedirman)

Kirab Haul Mbah Sogol: Momentum Memutar Ulang Sejarah