Aku, Hujan, dan Dia

Di depanku turun jutaan air yang jernih
Membuat dingin di tubuhku
Di sampingku, berjajar siswa yang sedang sibuk mengurusi kuliahnya
Agak jauh di sana, seorang lelaki berkacamata berdiskusi dengan salah seorang dari mereka

Itu Kamu
Lelaki yang aku doakan siang malam
Yang datang dalam mimpiku akhir-akhir ini
Seseorang yang aku rindukan dalam diam
Aku batin dalam sepi
Aku pandang dalam bayang
Lelaki yang istimewa di akhir masa sekolahku

Aku dan dia menikmati hujan yang sama.
Menikmati bunyi sahut-sahutan air yang jatuh, menyejukkan
Meski bising, aku masih bisa mendengar suaranya
Tawanya, yang semerdu rerintik hujan siang ini
Masih bisa membau tubuhnya, yang seharum bau tanah basah terkena tetasan hujan
Masih bisa mlirik senyumnya, saat dia tengah asyik mengabaikanku

Aku menikmati hujan yang sama dengannya
Bersama desir kebahagiaan yang tak terkirakan
Bersama debar jantung yang beritme lebih cepat dari pada saat aku berlari menemuinya.
Bersama pahit ketakutan akan kehilangan dia yang ku telan terpaksa.
Juga, dengan perasaan takut jikalau sejarah kan terulang,
hatiku kan kembali berdarah
Dinding cintaku kan kembali retak
Aku takut jika suatu masa nanti, saat dia mengetahuinya,
dia justru akan bertolak meninggalkanku
Meninggalkan daku yang masih saja membutuhkannya

Dari balik punggungmu pun -saat kau beranjak menjauh-,

aku masih bisa melihat senyummu, menatap wajahmu, memandang bola matamu, meski semu…

Bee (12/3/16)

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel “Hujan” Karangan Tere Liye

Perjuangan Tanpa Batas Sang Jenderal (Review Film Jenderal Soedirman)

Kirab Haul Mbah Sogol: Momentum Memutar Ulang Sejarah