MUSEUM UNTUK DIMUSEMUMKAN???

Taman di halaman depan Museum Bentoel

Pernah mendengar nama Museum Bentoel? Mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang. Selain karena lokasinya yang menurut saya tidak strategis, museum ini juga bisa dibilang museum yang tergolong sepi. Saat saya mengisi buku tamu, hanya beberapa orang yang tercatat mengunjungi museum itu dalam seminggu. Bahkan ada yang hanya sehari satu orang. Beberapa hari sebelum saya berkunjung, setiap kali lewat saya mendapati museum itu ditutup.
Sedikit cerita, dulu waktu masih semester 2 ada salah seorang dosen saya, almarhum Pak Widodo yang mengatakan bahwa saya terkena dosa wilayah 
“Setiap hari lewat tapi tidak pernah berkunjung. Kunjungi itu. Sejarah perjalanan rokok Bentoel di sana!” beliau mengatakan bahwa sering mengajak turis berkunjung ke sana. Maka saya pun menyempatkan diri mengunjungi museum itu beberapa hari lalu.
Tampak depan

Dari depan memang museum ini seperti sudah tidak dipakai lagi. Bangunan yang terletak di tengah-tengah daerah pasar bunga, selatan Pasar Besar Malang ini bergaya minimalis dengan pelataran yang luas dan ada bangunan rumah kecil di sebelah timurnya. Saat saya masuk gerbang, seorang satpam membuka pintu posnya dan meminta saya mengisi buku tamu. Setelah mengisi, saya dipersilahkan masuk seorang diri. Sebelum pintu masuk, pengunjung akan disambut dengan patung pendiri PT. Bentoel yang bernama Ong Hok Liong.

Memasuki ruang utama, pengunjung disuguhi dengan sejarah pabrik rokok Bentoel dan ornamen-ornamen kuno seperti telepon, kursi anyam, dan patung berukuran besar. Di bagian selatan, dipajang dua sepeda yang dulu digunakan sebagai transportasi oleh pemiliknya. Ada tiga ruangan lain yang terdapat dalam museum ini. Satu ruangan berisi pajangann berbagai macam tembakau, alat untuk membuat rokok, dan mesin penggiling tembakau. Tentunya, saat memasuki ruangan ini bau tembakau akan memenuhi penciuman kita. Dilengkapi pula sebuah monitor dan headset yang memutar proses pengolahan rokok. Hanya saja, saat saya berkunjung monitor tersebut dalam keadaan mati.


Ruang Utama
konon, sepeda inilah yang dipakai sebagai alat transportasi sang founder sejak awal

di sudut ruangan utama

Di ruangan lain terdapat pajangan berbagai macam bungkus rokok yang pernah diproduksi oleh PT. Bentoel, tbk. Pamflet iklan dari tahun pertama berdiri hingga tahun-tahun terbaru, dan dilengkapi pula monitor yang memutar iklan dalam bentuk vidio. Sekali lagi sangat disayangkan monitor itu dalam keadaan mati. Saya pun berkesimpulan, mungkin monitro tersebut hanya akan dinyalakan ketika ada kunjungan penting dari tamu penting atau serombongan orang. Tidak diperuntukkan bagi pengunjung ‘Jomblo’ seperti saya waktu itu.
Berbagai macam kemasan rokok yang pernah dipakai oleh PT. Bentoel

Pamflet ikan

Di ruang selanjutnya, pengunjung bisa melihat gambaran dari pabrik PT. Bentoel secara umum. Menuju pintu keluar, pengunjung akan dimanjakan dengan galeri foto. Sebenarnya saya tidak memiliki sense dalam hal persejarahan, aplagi mengunjungi museum. Sebelum ke sana, saya sudah membayangkan akan disambut oleh seorang guide yang akan menjelaskan kepada saya banyak hal dan saya bisa bertanya-tanya kepadanya. Akan tetapi, ketika saya tiba di sana setelah mengisi buku tamu saya sempat bertanya kepada satpamnya “Ini saya masuk sendiri? Di dalam nggak ada pengunjung lain? Kalau mau tanya-tanya?” dia menjawab, “Ini mbaknya masih makan.” sambil menunjuk seorang perempuan yang masih makan. Saya hanya mengangguk “Mbak masuk saja dulu biar nanti petugas kami menyusul.” jawabnya. Namun, setelah berkeliling museum dan duduk di salah satu sudut ruangan cukup lama, petugas tak kunjung datang. Saya pun keluar dan menengok sebentar ke pos satpam, niatnya memang hendak ebrtanya beberapa hal kepada petugas. Sekali lagi saya dikecewakan karena pak satpam yang menyambut kedatangan saya tadi sedang tidur.
berbagai jenis tembakau

alat membuat lintingan rokok

Cukup mengecewakan bagi saya, saya sempat berpikir “apa karena saya datang sebagai mahasiswa biasa makanya tidak mendapat sambutan yang baik?” sebenarnya, saya berniat untuk mengeksplore lebih dalam tetnag museum itu untuk saya kirimkan ke salah satu media masa dengan harapan pembaca akan tertarik untuk mengunjungi. Sayangnya, saat itu saya juga sedang tidak membawa kartu pers kampus saya. Mengingat perlakuan yang seperti itu, saya mengurungkan niat saya dan menuliskan pengalaman siang itu di blog pribadi ini saja. Namun, tetap saja tidak ada perjalanan yang sia-sia. Di sana, sebari menunggu petugas yang katanya hendak menyusul saya ke museum, saya berhasil menciptakan tiga buah judul puisi yang juga sudah saya unggah di blog ini.
 
berhubung saya satu-satunya pengunjung siang itu dan tidak memabwa teman, yang bisa saya lakukan hanyalah swafoto :D
Sekian cerita saya tentang kunjungan ke museum Bentoel. Saya masih memiliki rencana mengunjungi museum-museum lain yang ada di Kota Malang ini. Nantikan tulisan selanjutnya ya… terima kasih sudah membaca

Qolbi- Temanmu Bercerita. 

Comments

  1. mbak qolbi ini bunga, boleh minta alamat emailnya samean?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Resensi Novel “Hujan” Karangan Tere Liye

Perjuangan Tanpa Batas Sang Jenderal (Review Film Jenderal Soedirman)

Kirab Haul Mbah Sogol: Momentum Memutar Ulang Sejarah