Rebahan Mukena Merah
Berujung
sajadah diatas gelisah
Berbalut noda
berakhir neraka
Berdawai dusta
Terhina nista
Ku katupkan pelupuk mata hati
Agar tiada lagi syahwat menjerat
Diatas kesucian yang tersirat
Kucoba menghindar namun takut memudar
Kalah akan kuatnya hasrat syetan
Untuk mengelabuhi diri ini dalam wujudmu
Senjaku menyapa dengan kesalahan
itu
Kesalahan terbesar akan kebohongan
Yang membuatku terlihat tak berdaya
Tak dapat terpungkiri jikalau ku
ingin melepas semua ini
Jerat hati yang menyakiti
Sendi-sendi keimanan semakin rapuh
Hanya karena ku menyayangimu
Dan tak bisa untuk mengendalikan hasratku untuk tak melihatmu
Sendi-sendi keimanan semakin rapuh
Hanya karena ku menyayangimu
Dan tak bisa untuk mengendalikan hasratku untuk tak melihatmu
Dibalik
rebahan mukena ini
Terlihat
segores tinta warna merah di atas kertas itu
Berlumur penuh
dosa
Hanya karena
untaian kata yang menggoyah jiwa
Dan tak dapat
mengelak akan nafsu
Yang
dibisikkan oleh syetan
Pantaskah ku bermukena jika ku
melihatmu dengan tatapan dosa?
Pantaskah ku duduk di atas sajadah
jika ku membaca untaian hati penuh harap belaka?
jika ku membaca untaian hati penuh harap belaka?
Tidakkah itu dekat menyekutukan
Allah
Karena mencintaimu lebih dari
mencintai-Nya
Maaf atas hati
yang tak pernah bisa menyesuaikan
Berebah mukena
yang tak sepadan dengan isi hati
Yang berlumur
penuh dosa
Yang tak malu dalam nista
Comments
Post a Comment