Rebahan Mukena Merah


Berujung sajadah diatas gelisah
Berbalut noda berakhir neraka
Berdawai dusta
Terhina nista
Ku katupkan pelupuk mata hati
Agar tiada lagi syahwat menjerat
Diatas kesucian yang tersirat
Kucoba menghindar namun takut memudar
Kalah akan kuatnya hasrat syetan
Untuk mengelabuhi diri ini dalam wujudmu
Senjaku menyapa dengan kesalahan itu
Kesalahan terbesar akan kebohongan
Yang membuatku terlihat tak berdaya
Tak dapat terpungkiri jikalau ku ingin melepas semua ini
Jerat hati yang menyakiti
Sendi-sendi keimanan semakin rapuh
Hanya karena ku menyayangimu
Dan tak bisa untuk mengendalikan hasratku untuk tak melihatmu
Dibalik rebahan mukena ini
Terlihat segores tinta warna merah di atas kertas itu
Berlumur penuh dosa
Hanya karena untaian kata yang menggoyah jiwa
Dan tak dapat mengelak akan nafsu
Yang dibisikkan oleh syetan
Pantaskah ku bermukena jika ku melihatmu dengan tatapan dosa?
Pantaskah ku duduk di atas sajadah 
jika ku membaca untaian hati penuh harap belaka?
Tidakkah itu dekat menyekutukan Allah
Karena mencintaimu lebih dari mencintai-Nya
Maaf atas hati yang tak pernah bisa menyesuaikan
Berebah mukena yang tak sepadan dengan isi hati
Yang berlumur penuh dosa
Yang tak malu dalam nista

 1 Juni 2014

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel “Hujan” Karangan Tere Liye

Perjuangan Tanpa Batas Sang Jenderal (Review Film Jenderal Soedirman)

Kirab Haul Mbah Sogol: Momentum Memutar Ulang Sejarah