Yaumul Marhamah, Malam Memupuk Kasih Sayang


Ini Para Penghuni Kamar Khadjah... :* :* Yeya dapat jajan banyak!!!


Siapa bilang jadi santri itu kuno? ketinggalan jaman? hanya ngaji, ngaji dan ngaji? Kalau Anda berfikiran seperti itu, berarti Anda masih memiliki pemikiran yang kuno. :D seperti cerita yang akan saya uraikan berikut ini.
Kali ini Bee akan membawa cerita yang berbeda. Tentang secuil peristiwa unik yang saya temukan di pondok yang saya tinggali sekarang, PPTQ Nurul Furqon. Oh ya, for your information saja ya, PPTQ Nurul Furqon adalah pondok pesantren putri yang terletak di Jalan Kolonel Usman Gang 1 Wetan Pasar Besar Malang. Pondok yang berdiri sekitar 10 tahun ini dibawah asuhan Abah Yai Muhammad Chusaini Al Hafidz. Kini santri putri sudah berjumlah sekitar 120 orang. Pondok in terdiri dari 4 lantai. Lantai satu untuk aula, lantai 2-3 untuk kamar dan dapur, lantai 4 untuk menjemur pakaian. Tak hanya pondok putri, ada pula pondok putra yang letaknya di sebelah masjid raudhatus shalihin. Pondok pesantren putra dinamakan Raudhatus Shalihin. Pondok Nurul Furqon juga memiliki cabang di Sumbersari gang 1 Kota Malang yang bernama BTQ Nurul Furqon. Itu saja sekian perkenalannya. Now, saya akan menceritakan tentang yaumul Marhamah.
Nurul Furqon tampak depan. taked from akun IG Ketua pondok setahun lalu 

Yaumul marhamah berarti hari kasih sayang. Peringatan ini dilaksanakan setiap malam 10 muharrom. tahun ini Yaumul Marhamah dilaksanakan pada Senin, 10 Oktober 2016. Mengapa harus pada tanggal itu? Karena pada malam asyuro tersebbut, Allah melimpahkan segala kasih sayangNya kepada para umat dan nabi-nabi terdahulu. Banyak persitiwa sejarah yang menunjukkan betapa Maha Penolongnya Allah terhadap para umatnya. Pada hari terebut kita juga disunnahkan untuk bersedekah, dan berbuat kebaikan, makanya, kegiatan ini juga sebagai media untuk melaksanakan sunnah tersebut.
Pada malam yaumul marhamah, para santri diwajibkan mengumpulkan kado. Kadonya harus berupa barang bermanfaat dan tidak habis pakai. Setelah itu, kado tersebut dikumpulkan di aula utama. kado tersebut kemudian diputar dan diiringi shalawat. Ketika shalwat tersebut berhenti, maka sang pemegang kado itulah yang menjadi kado miliknya. Tak ada yang bsia menebak apa isinya. Dari sini, kita diajarkan keihklasan memberi. Bahwa yang terpenting bukan apa yang kita terima, namun, apa yang kita beri. Memberi bukan karena ingin mendapat imbalan, tetapi karena niat bersedekah dan menyenangkan hati saudaranya. Karena bisa jadi kita memberikan kado yang berharga mahal, tapi, dapatnya kado yang biasa saja. Bisa jadi teman kita yang membeli kado biasa saja justru mendpat kado yang menurut kita istimewa. Kali pertama ini, saya mendapatkan mangkok dna gelas.. Kalau kata mak-mbak sih, filosofinya berarti saya harus makan terus sepajang tahun. hahah :D Enggaklah. aku berpendapat bahwa sepanjang tahun ini semoga Allah memberiku rezeki makanan yang halal yang bisa menyehatkan badanku, sehingga bisa terus berbuat kebaikan. amiiin :D ihiiir
Selain saling berbagi kado, tradisi lainnya yaitu berebut jajan. Bisa dikatan semacam grebeg sekaten begitulah. Jajan yang telah diwadahi kardus, dibawa oleh mbak-mbak yang bertugas dan mereka berada di tengah-tengah santri. Setelah itu, jajan tersebut dilemparkan ke segala arah dan semua santri berebut untuk mendapatkan banyak jajan. Berapapun banyaknya jajan yang kita dapatkan, tetap saja itu milik bersama. Dinikmati oleh seluruh naggota kamar masing-masing. Rasa kekeluargaan inilah yang menjadikan malam yaumul marhamah semakin terasa indah. Berjaung bukan untuk diri sendiri, tapi untuk kepentingan bersama.
Tak ketinggalan, tentunya ada mau’idhoh hasanah dan doa bersama dari abah tercinta sebagai pembuka acara. Dalam ceramahnya yang lalu, abah menyampaikan tentang keutamaan-keutamaan hari asyuro dan kegiatan yang disunnahkan pada hari asyuro. “Sebisa mungkin, malam ini diiisi dengan berbuat kebaikan dan berdzikir pada Allah. Shalat, nderes, atau kegiatan positif lainnya. Karena malam ini adalah malam yang mustajabah, malam yang penuh barokah sampai esok hari.” Abah juga mewajibkan semua santri untuk berpuasa asyuro.

Sebagai pentup tentunya ada makan-makan. Rezeki anak sholihah :D hehe… makan bakso bareng-bareng ditraktir abah. Alhamdulillah… Setelah acara selesai, semua santri tentu sibuk membuka kadonya masing-masing dan bersiap begadang semalaman. Ada yang ngerjakan tugas sampai larut (ehem, curhat) ada yang ngaji, tapi kebanyakan ya tidur. Hehe :D maklumlah, paling ga kuat kalo liat bantal guling nganggur ga kepake. Yang penting, keesokan paginya harus setoran ke abah. Kalau tidak setor, resiko ditanggung pribadi. :D :D  

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel “Hujan” Karangan Tere Liye

Perjuangan Tanpa Batas Sang Jenderal (Review Film Jenderal Soedirman)

Kirab Haul Mbah Sogol: Momentum Memutar Ulang Sejarah