Dibalik Sosok Hiperaktif


Sosok teman inspiratif yang akan saya ceritakan kali ini adalah… Choy! Kenal choy kan? Semua warga MANDAGI pasti deh mengena anak asal ampit yang satu ini. Yaps…

Awal mula dia masuk MAN Gondanglegi adalah karena dia memang tidak memiliki pandangan harus sekolah dmana. Ketika dari MTs nya ada undnagan masuk MAN tanpa tes, maka daftarlah dirinya. Sebenarnya, ayah anak kedua dari tiga bersaudara ini menyuruhnya untuk masuk salah satu SMK swasta di Turen yang tahun itu masih baru angkatan pertama. Dengan segala kekeuh-annya, Choy pun diizinkan masuk MAN Gondanglegi.
Memiliki kepribadian yang supel dan tidak bisa diam membuat namanya cepat melambung pesat di sekolah barunya. Sejak MOS, Choy sudah menjadi leader yelling kelompoknya. Cerita masa SMA nya bertambah lagi ketika dia mulai memasuki kelas XG. Di sana, dia bertemu dengan orang-orang yang bisa terbilang cukup unik dan bervariasi. Pada ari pertama, dia bercerita telah mendapatkan teman bertengkar. :D so, ada salah seorang teman bernama Zainal yang selalu menyulut emosinya. Tidak hanya Zainal, bahkan tetangga kelasnya juga bisa menjadi partner cek coknya.
Saat masuk kelas XI Bahasa, Choy tergolong anak yang tidak suka berdiam diri di kelas. Entah apa alasannya, dia sering banget keluar kelas. Bahkan, yang menjadi kenangan tak terlupakan baginya adalah, ketika dia berada di kelas, jarang ada guru yang mengabsen, tapi, ketika dia berada di luar kelas, guru selalu mengabsen kehadirannya. Khususnya saat mapel Bahasa Inggris. Tapi, biarpun begitu, dia termasuk anak yang diperitungkan lah kemampuannya.
Pengalaman di organisasi yang dia miliki, jangan ditanya deh. Sepertinya, hampir sepertiga ekstrakurikuler dan organisasi di MAN pernah dia masuki. Hahaha:D Setidaknya meski hanya sekal dua kali pertemuan. Choy semakin terkenal ketika dirinya menjadi pengurus OSIS. Di sana, dia mendapatkan banya teman, semakin banyak orang yang mengenalnya, dan mendapat banyak pengalaman berharga. “Sebenarnya, aku daftar OSIS asal-asalan saja, eh ternyata diterima. Ya sudah dijalani saja.” Tuturnya. Di OSIS, pengalaman yang berharga baginya adalah saat menjadi sie acara, dan menjadi komentator pertandingan. Di sana, dia bisa belajar untuk menjadi event organizer yang menurutnya tidak semudah yang dibayangkan, “Aku juga jadi ingin komentator atau presenter gitulah. Hehehe”
Pengalaman ekstrakurikluer yang juga semakin menambah daftar prestasiya adalah Pramuka. Awalnya, dirinya sempat berniat undur diri dari pramuka. Karena pesertanya hanya sedikit dan saat itu pramuka belum menjadi ekstrakurikuler wajib. Namun, yang terjadi justru dirinya terpiih menjadi Pradanawati (Ketua pramuka putri). Hal itu menjadi tantangan bagi dirinya. Dengan segala ketidaksiapan yang dia rasakan, dia pun bisa menyelesaikan tugasnya itu. 
Kalau dalam hal pertemanan, jangan ditanya deh. Buanyak banget. Mulai dari kakak kelas, teman sebaya, adik kelas. Sampai-sampai adik kelas juga disepik sama nih anak. Hehe:D oh ya, masalah asmara, anak ini sampai dibully selama dua than gara-gara sekelas sama mantannya waktu kelas X dulu. Hahah :D
Pengalaman masa Aliyah yang tidak dapat dia lupakan adalah momen menjelang ujian. Hidup dari latar belakng keluarga yang sederhana dan memiliki seorang adik yang hanya berjarak satu tahun dengan dirinya, tentu membuat orang tua Choy harus ekstra pandai membagi dana untuk kebutuhan anak-anaknya. Hal ini yang menjadikan choy harus menunggak biaya pendidikan di sekolah. “Setiap akan ujian, pasti harus lari-lari dulu minta tenggang waktu keringanan.” Ujarnya. Bahkan saat hendak UN pun demikian. “Karena mengambil kartu ujian harus lunas biaya pendidikan dulu, maka seringkali bikin janji ke komite. Tak jarang juga aku foto copy kartu peserta ujian. Hehehe, tapi jangan dicontoh ya…”
Tapi, sekarang ciwi manis ini sudah menjadi mahasiswa Universitas Terbuka dan mendapat beasiswa bidikmisi lho. Ya, dia mengaku bahwa dalam hal mendaftar kuliah dirinya tak mempertimbangkannya dengan baik, dirinya hanya kut-ikutan mendaftar, dan tak jarang hanya ikutan teman. “Awalnya dulu pas daftar di UT juga hanya coba-coba. Aku kira dulu di UT masuknya mudah. Ternyata enggak juga. Kita juga harus bersaing dengan banyak mahasiswa, seleksinya juga berkali-kali. Aku harus berkali-kali wawancara, sampai kesasar dan mengalami kejadian konyol lain selama di jalan. Tapi, itu menjadi pengalaman berharga lah.” Begitulah Choy bercerita tentang perjuangannya untuk menjadi maba ilmu komunikasi Universitas Terbuka.
Choy juga punya guru yang meningspirasi lho. Baginya banyak guru yang mengispirasi dan menjadi idolanya. Terutama Pak Yuli Irawan. “Pak Yuli itu mengerti sekali karakterku. Selalu bisa memaklumi tingkah polaku. Seperti waktu bikin lukisan dulu. Meskipun hasilnya abal-abalan seperti itu, tapi oleh Pak Yuli lukisan itu dinilai benar-benar mencerminkan karakterku.”
Hal yang patut kita contoh dari dia adalah semangatnya yang selalu menggebu-gebu di setia kesempatan, tapi, jangan overdosis ya. :D :D dalam hidupnya, Choy punya keyakinan bahwa rencana Allah lebih baik, “Percaya deh, apa yang ditakdirkan Allah kepada kita, itu yang terbaik.” Dia juga menyipan semangat Man Jadda wajada dalam hidupnya. Sang pemimpi juga sangat gemar menuliskan impian-impiannya di segala tempat yang dapat dilihatnya. Dia memiliki keyakinan bahwa mimpi itu akan terwujud. Tapi, ingat… harus dibarengi dengan perencanaan dan doa yang matang.

 “Pokoknya aku ucapkan terimakasih banyak untuk semua orang yang telah mendukungku. Orangtuaku, guru-guruku, teman-teman OSIS, Baraya, dan semua teman-temanku yang lain.” 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Resensi Novel “Hujan” Karangan Tere Liye

Perjuangan Tanpa Batas Sang Jenderal (Review Film Jenderal Soedirman)

Kirab Haul Mbah Sogol: Momentum Memutar Ulang Sejarah