Sosok Imut yang “Super”


Teman saya yang akan saya ceritakan kali ini adalah Alvy Arimmatul Hamim. Di MAN Gondanglegi, semua pasti mengenal Alvy. Sosok ciwi ginuk-ginuk yang imutnya minta ampun. :D :D

Gadis imut asal Ngebruk (entah daerah mana itu :D) ini masuk MAN Gondanglegi melalui jalur undangan. Atas itikad baik orang tuanya yang menyuruhnya bersekolah di sana, maka mendaftarlah ia. “Aku langsung setuju waktu disuruh mendaftar, karena aku juga tidak punya tujuan waktu itu,” meski awalnya terasa berat karena harus ngekos dan jauh dari orang tuanya, namun, ia menerimanya dengan lapang dada.
Di MAN, dia merasa beruntung bisa satu kelas dengan Bubi, Hamid dan Nisfi, teman dekatnya di MTsN Kepanjen. Saat penentuan jurusan, dia memilih IPA, karena menurutnya di sana, ia akan lebih banyak pelajaran yang didapat, “Tapi tugasnya juga lebih banyak. Sedikit nyesel karena sekarang kuliah ngambil jurusan psikologi yang basic nya ilmu sosial. Tapi gapapalah. Hehe:D” ujarnya. Baginya, pergaulannya di IPA lebih terjaga. Meski tidak jarang, dirinya yang justru nikung. Mengambil jalan yang berbeda. :D
Rasanya tidak lengkap jika hanya melulu sekolah tanpa ikut ekstrakurikuler. Begitu pula yang dirasakan Alvy. Saat kelas X, dia sempat menjadi anggota PMR meski hanya sebentar. Lalu, dirinya menjadi pengurus OSIS, sehingga harus membatasi kegiatan lainnya. “Pokoknya kelas 10 sok sibuk, tapi, prestasi akademik tetap terjaga. Nilai rata-rata selalu stabil 8. Ini real nggak rekayasa. Hehe :D”akunya.
Baginya, dari sekian banyak komunitas yang ia ikuti, yang paling berkesan adalah ketika dia berada dalam tim mading 3D 12 Menit. Entah itu ekstra atau organisasi atau mungkin diantara keduanya, tapi yang jelas keberadaan tim itu membuat hidupnya semakin berwarna. Seperti menemukan keluarga baru, jatuh bangun, jatuh lagi, bangun lagi sama-sama. “Kerasa banget kekeluargaannya. Nangis, ketawa, gila-gilaa, gila beneran sama-sama. Hahaha,” bahkan hingga sekarang, tim ini mencoba untuk tetap menjalin silaturrahmi, baik di dunia nyata atau di dunia ghoib. :D
Keseruan lain selama di Aliyah adalah saat nongki bersama teman-teman. Karena banyaknya tugas yang harus dikerjakannya, maka sedikit waktu nongki menjadi hal berharga baginya untuk menambah keakraban bersama teman-teman. Kalau masalah asmara, Alvy mengaku tidak pernah memiliki mantan ataupun pacar selama di MAN. “Kalau Cuma sekedar deket sih banyak, tapi gak sempet cinta udah kandas duluan.” Katanya sambil tertawa. Beberapa orang memang pernah dikabarkan dekat dengannya. Mulai dari kakak kelas, adik kelas, teman sebaya, bahkan dari sekolah lain. Tapi dia nikmati saja setiap kegalauan yang hinggap pada hatinya. Baginya, dengan pengalaman itu, dia dapat mendeteksi mana laki-laki yang serius dan hanya bermain-main. Meski kata orang semua laki-laki sama sih.
Perjuangannya di Aliyah ditutup dengan UN yang menurutnya the real full day school. Saat-saat menjelang UN dia berangkat jam 6 pagi pulang jam 6 sore. Tidak hanya belajar di sekolah, dia juga mengikuti bimbingan belajar. Tiap hari minum vitamin, malamnya belajar di rumah. “Meski sudah usaha dan doa maksimal, tapi hasilnya Cuma segitu disyukuri saja.”
“Perjuangan warbyazah untuk menjadi maba UIN”
“Alhamdulillah aku masih jauh lebih beruntung dari teman-temanku yang daftar ke sana kemari tapi belum beruntung. Aku cuman gagal di SNMPTN. Nangis parah, sakit hati, hilang arah,” namun, dia menlanjutkan hidupnya dengan mengikuti SBMPTN yang akhirnya membawa Alvy menjadi mahassiwa UIN Maliki Malang jurusan Psikologi. Namun, perjuangannya belum usai. Perjuangan maba UIN justru semakin panajg. Mulai dari diribetkan dengan administasi, bayar ini itu yang serba mahal, belum lagi harus tinggal di ma’had dengan segudang kegiatan, kuliah Bahasa Arab 6 jam perhari, “Fullday school lagi,” ungkapnya.
Dibalik perjuangannya itu, salah satu guru yang menjadi inspirasinya adalah Ibu Dwi Sesanti Wilujeng. Menjadi seperti sosok Bu Dwi yang kalem, lemah lembut, sabar, baik hati, loman, sering memabntu remaja menghentikan kegalauan itulah yang menjadi impiannya. Dia juga sejak lama mengimpikan untuk bisa menjadi guru BK dan wanita karir plus ibu rumah tangga yang baik. Semoga terkabul ya, “Jadi ibuk yang sabar, telaten buat anak-anaknya, istri yang baik buat suaminya, pinter dandan, pinter masak makanan dan kue, pinter bikin baju juga. Ya Allah, paket lengkap, Bunda. Pingin banget bisa kayak Bunda.” Ucap ALvy ketika ditanya tentang guru yang mengispirasi.
Alvy berpesan, jadi manusia itu harus sabar, syukur, dan ikhlas. “Karena sabar dan syukur tidak akan pernah terasa indah tanpa ikhlas di dalamnya.”

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel “Hujan” Karangan Tere Liye

Perjuangan Tanpa Batas Sang Jenderal (Review Film Jenderal Soedirman)

Kirab Haul Mbah Sogol: Momentum Memutar Ulang Sejarah