Syndrom Maba



Hai Readers, now I want to tell you about my new experience in university (http://www.um.ac.id/) for last five days.
Buat Kalian yang sudah jadi sarjana, atau sedang menjadi mahasiswa aktif (bukan maba), pasti juga mengalami hal-hal yang aku dan teman-teman maba alami selama beberapa hari terakhir ini.
Senin, 22 Agustus 2016
Minggu pagi, seperti biasanya selalu mandi paling awal, biar nggak antri lama-lama. Awalnya sih nyantai, turun dulu ke aula, belum ganti baju, belum nyiapin buku. Eh ternyata, Abah yai ku datang sekitar pukul setengah enam lewat. Mulai agak panik tipis-tpis, setelah ngaji, langsung tancap ke lantai atas, dan gopoh ganti baju. Padahal masih belum jam 6 pagi lho itu.
Sesampainya di kampus, ternyata sudah banyak temanku yang datang. Syndrome pertama: Maba pasti datang sangat pagi ketika hari pertama kuliah. Karena mereka masih penasaran dengan yang namanya bangku kuliah. Iya kan?? Setidaknya begitu yang aku temui. Bukan hanya maba, teman-teman sekamar yang sudah semester 3 harus menyiapkan hari pertama kuliah sepanjang hari. Mulai dari mix and match baju, beli buku tulis baru, bangun pagi-pagi, langsung make up, sarapan and so on.
Ini suasana kelas baruku... Sebut kita PAGUYUBAN PUJANGGA
Then, waktu paling menegangkan adalah ketika dosen pertama masuk kelas. Wuiih,,, berdebarnya itu mengalahkan rasanya ketika bertemu dengan kekasihku. Haha :D dan selalu beruntung, karena aku langsung dapat tugas tetap selama 6 semester yang dikumpulkan setiap minggu, nyari buku ini, itu, dan blablabla… langsung puyeng rasanya. Tapi, mungkin inilah yang paling mengesankan. Syndrom kedua : Setiap maba ingin dipertemuan pertama hanya perkenalan, tapi, nyatanya sebagian besar langsung dapat tugas.
Oh iya, aku perkenalkan kelasku dulu ya. ehem, saya adalah Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia (http://jsi.sastra.um.ac.id/) yang berada di offering E. jumlah anggotanya 42 orang, dan memang hanya satu offering itu saja di prodiku. Kesimpulannya, saya berada di komunitas yang lebih kecil dari jurusan lain. Hahaha :D memang selalu seperti itu seharusnya. Temanku beragam, ada yang dari NTB, NTT, Papua, Bontang, Palembang, Jawa Tengah, ada yang Kristen, protestan juga ada. Teman yang heterogen seperti ini baru aku dapati sekarang. Yah, you know lah. Di MAN ga bakal ada yang ga pakai kerudung kan? Apalagi yang non Islam.?
Then, pengalaman menarik nan menyebalkan aku alami ketika pertama kali berkunjung ke perpus. Saat itu aku bersama seorang temanku bernama Syifa, benar-benar terlihat seperti maba, eh. Emang maba kan ya? jadi, ceritanya kita itu buta arah bagaimana alur peminjaman buku di perpus. Bentakan pertama datang dari penjaga loker. Alasannya karena aku scan KTM nggak bisa-bisa. Bentakan kedua datang ketika aku masuk tanpa check in. ini gegara aku ngikutin mahasiswa di depanku, ternyata mereka juga maba yang sama-sama buta arah. Sial kan? Dan belum cukup sampai di situ saja. Ketika hendak meminjam buku, kita kebingungan di depan komputer yang berjejer itu. Awalnya sempat bingung, nih komputer nggak ada mouse nya, gak ada keyboardnya. Ternyata, itu touch screen. Hahah :D ketara banget ya kalau dari desa. Hiks. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, kita meminta bantuan kaka tingkat yang kebetulan duduk santai di sebelah tempat peminjaman. Fiyuh, ternyata begitulah aturannya. Mungkin bisa dikatakan ini PKKMB bagian perpus. Sebenarnya sudah ada materi perpustakaan saat PKKMB fakultas, tapi, akan lebih baik kalau waktu itu ada tour ke perpus juga. Sayangnya itu terlewatkan oleh panitia. Panitianya dulu nggak ngalamin kayak aku kali ya.. hiks.
Sesudah dari perpus, aku langsung kembali ke kelas. Mengikuti matkul jam 5-6 yang Alhamdulillah hanya perkenalan saja. Haha :D tapi, meski hanya sampai jam 5-6 capeknya bukan main lho. Mungkin karena baru hari pertama.
Begitu selesai, aku langsung pulang dan tepar!
Selasa, 23 Agustus 2016
Pagi ini tak se-parno pagi kemarin. Begiulah. Hari kedua aman lancar sejahtera sentosa. Meski pada akhirnya kita kembali dapat tugas yang subhanallah mengerikan. Kontrak tugas satu semester, dibayar dimuka. Haha :D tapi, hari ini kelasku kedatangan kakak tingkat yang ikut matkul PAI. Dia adalah mahasiswa semester akhir, yang skripsinya sudah selesai. Tapi, masih ada dua matkul yang belum lulus. Kating itu cuti karena kecelakaan. Walhasil, dia harus menunda kelulusannya dan menyelesaikan matkulnya yang sempat di skip nya. Ini tuh bikin aku merinding tahu. Langsung berdoa dalam hati dengan menundukkan kepala, “Semoga Engkau selalu memberi kelancaran kepadaku. Empat tahun saja Ya Allah, nggak usah pakai tambahan.”
Rabu, 24 Agustus 2016
Pengalaman baru lagi hari ini. Kuliah umum, mendatangkan narasumber Bapak Pujiharto (Dosen UGM). Kalian pasti tahu lah suasana kuliah umum seperti apa. Seharusnya, hari ini aku hanya ada kuliah jam 3 – 4. Berhubung ada kuliah umum, datanglah pagi jam 7.30 dan berakhir 12.30 WIB. entah kenapa, hari ini rasanya capekk banget. Walaupun dapat konsumsi tapi tetap saja rasanya cuapek. Sampai ketiduran. Hiks. Entah ini syndromnya apa. Sepertinya hobi tidur di kelas mulai kambuh nih. Astaghfirullah.
Kamis, 25 Agustus 2016
Kita tertipu semua ini ceritanya :D
Pagi yang kacau balau. Jadwal kuliah jam ke 3 – 4 jadinya aku santai-santai saja. Niatnya mau tidur dulu seusai ngaji, tapi, perasaanku kok ga enak ya. jadilah aku buka hape dan betapa terkejutnya ketika teman-teman bilang suruh datang jam 7.30 buat jaga-jaga kalau ada kuliah umum lagi. Langsung ganti baju, berjalan cepat nyari angkot, tanpa sempat pakai bedak, pakai deodorant, apalagi pakai hand body. Sesampainya di kelas, ternyata INFONYA HOAX. Nggak ada kuliah umum, dan masuknya baru sekitar jam 8. Hwaaa! Pengen nangis dan gulung-gulung rasanya.
Jumat, 26 Agustus 2016
Jumat ceria. Penuh warna, penuh cintah, penuh penuh pokoknya.  Kuliah mulai pagi sampai jam 4. Yuhuuu! Soal CFD di UM, itu nggak pengaruh sih buat aku. Karena CFD atau tidak, aku tetap JALAN KAKI kemana-mana. Karena kau tahu kalau aku bakal ngantuk parah, makanya pas istirahat aku memilih numpang ke kosannya temanku untuk BOCICAN (Bobo Ciang Cantik) :D :D
Begitulah cerita singkatku selama 5 hari kuliah. Berkesan pasti lah. Karena ini hal baru dalam hidupku. Meski masih terseok-seok jumpalitan belum bisa menyesuaikan dan membagi waktu dengan baik antara kegiatan di kampus dan di pondok, tapi, aku berusaha menikmatinya. Berusaha meresapi capeknya jalan kaki 15 menit setiap hari. Meresapi nahan lapar ketika siang menyapa (karena males antri di kantin) :D menghayati setiap sensasi yang masih dapat aku rasakan ketika berstatus sebagai maba.
Dosenku bilang, hidup itu hari ini dan besok. Yang kemarin itu bukan lagi kehidupan. Setiap pagi, setiap bangun rasanya ingin protes “Ya Allah, kok sudah pagi lagi? Aku belum puas bobo. Bisa nggak malamnya di perpanjang, atau kuliahnya diliburkan saja deh, atau buat alasan apa gitu biar aku bisa bersantai sehari saja di pondok,” tapi, aku segera sadar kalau kehidupan hari ini dimulai dengan malas-malasan, sama saja dengan sakaratul maut. Karena hidup yang sebenarnya hidup adalah hidup yang terus berjalan, terus berkelanjutan dengan rencana-rencana dan mimpi yang kita usahakan untuk jadi kenyataan. Begitu kah?? (ini keracunan tempe kayaknya).
Setiap jalan pulang ke pondok, rasanya kaki sudah pegal semua, ibarat bom udah mau meledak. Ingin rasanya protes lagi “Ya Allah, kenapa jauh sekali.” Tapi, mungkin inilah cara Allah menyuruhku menggunakan potensi kaki yang Dia berikan dengan baik. Karena dulu aku malas sekali jalan kaki. Lebih enak naik sepeda motor sih kemana-mana. Saat di pondok, rasanya ingin sekali tiduran sampai pagi lagi. Tapi, ada kewajiban-kewajiban yang harus aku tunaikan di sini. Kalau capek dan pergulatan batin sudah jadi satu, langsung deh HOME SICK. Barulah aku sadar, “Aku hanya capek seperti ini saja, baru beberapa hari saja sudah mengeluh. Sedangkan ibu dan bapakku tidak pernah mengeluh bekerja setiap hari, bertahun-tahun.” Kadang, di jalan, ketika aku melihat seseorang naik mobil, aku mencoba menghibur batinku dengan berkata “Di dalam mobil itu ada orang yang bisa melakukan perjalanan dengan enak. Tapi, Kamu tidak pernah tahu bagaiamana mereka dulu, Bi. Bisa jadi mereka dulu berjalan kaki lebih jauh dari yang kamu lakukan saat ini. Bersabarlah, semua ada waktunya sendiri-sendiri.” Yah, semoga berantakan yang aku alami di awal ini tidak sampai berlanjut ke minggu-minggu berikutnya.
Syndrom yang paling umum dirasakan mahasiswa yang jauh dari rumahnya: HOMESICK. Ketika pulang kuliah, pasti semua berharap ada makanan yang disiapkan ibu dengan penuh kasih. Disambut dengan pelukan hangat, membagi rasa capek dengan beliau. Tapi, ketika berada di kos atau di pondok, semua itu harus dirasakan sendiri. Tapi, mungkin itu cara terbaik agar ketika kita kembali ke rumah, kita akan lebih mencintai orang tua kita. dengan cara seperti itulah, kita dibentuk menjadi pribadi yang tangguh. Bisa jadi, momen-momen menyedihkan seperti ini yang akan kita rindukan dikemudian hari ketika kita sudah menjadi orang besar. Bukankah kerja keras tidak akan mengkhianati??? :D
Ini ceritaku, mana ceritamu????
26 Agustus 2016
10.05 PM


Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel “Hujan” Karangan Tere Liye

Perjuangan Tanpa Batas Sang Jenderal (Review Film Jenderal Soedirman)

Kirab Haul Mbah Sogol: Momentum Memutar Ulang Sejarah