It's Not a Fairy Tale
Aku tidak tahu mau memulai tulisan ini dari mana, tapi aku mau mengucapkan terima kasih untuk siapa saja yang telah menjadi tokoh dalam kisah asmaraku selama lima tahun terakhir. Bahkan aku tidak menyangka akan mengenal nama-nama itu. Tidak pernah kuminta mereka untuk hadir, pun tak pernah kuminta Tuhan menyemai benih di hatiku atas nama-nama itu. Semua terjadi begitu saja. Terkadang aku memaksa agar Tuhan menghentikanku pada satu nama itu dan cerita berakhir bahagia. Namun, ini bukan fairy tale yang selalu diakhiri dengan kalimat “they live happily ever after”. Setiap cerita selalu berakhir indah meskipun tak selalu bahagia. Iya, kan?
Perihal kisah terakhir yang awalnya kukira akan berakhir
bahagia pun nyatanya juga berakhir
dengan luka. Terkadang, soal hubungan dalam taraf yang serius kendalanya bukan
hanya kita suka atau tidak suka. Prinsip, pandangan hidup, loyalitas, tanggung
jawab, dan restu orang tua menjadi variabel-variabel penting yang tak bisa kita
abaikan begitu saja. Mungkin kita bisa menoleransi salah satu variabel
tersebut, tapi tentu risikonya harus kita hadapi di masa depan nanti. Memang
benar, tak ada hubungan yang tidak berisiko, tapi kita bisa memilih risiko yang
paling minim, bukan? Mungkin kalian akan tertawa membaca tulisak sok tahuku ini,
tapi itulah yang aku pelajari dari kegagalanku yang kemarin. Kegagalan yang
mengubah banyak hal dalam hidupku. Kegagalan yang tak serta merta bisa
kulupakan dan kumaafkan dalam hitungan bulan.
Lalu, kini kisah lain tetiba bermula kembali. Endingnya? Aku
belum menemukannya meskipun aku sudah tahu penandanya. Ya, sebagimana ramalan
cuaca yang tertera di HP hujan badai, tapi realitanya kadang cuaca cerah kan?
Aku tidak berharap padanya, aku hanya menunggu jawaban pasti dari-Nya, yang
sekarang, jawaban itu tengah aku cari dalam banyak jalan.
Comments
Post a Comment