Kepada Kalian


Untuk yang hari ini menikah; meski aku tak mengenalmu tapi kita pernah bersinggungan takdir, aku pernah iri kepadamu karena tlah brhasil mendptkan hati dua lelaki yang secara kebetulan juga pernah ada dalam cerita hidupku,
meski pada akhirnya keduanya harus juga kuikhlaskan. Aku pernah iri karena dulu mantanmu selalu menceritakanmu setiap hari. Dia memuji kemandirianmu, dirimu yang pantang menyerah, dirimu yang menurutnya lucu, dan jujur saja itu membuatku merasa tidak bernilai sebagai wanita. Aku mengenal namamu sejak MTs, semua orang bahkan membanggakan dirimu, tapi seketika aku tau cerita lain tentang dirimu dari mantanmu itu --entah benar entah tidak-- aku mulai merasa kau memiliki takdir yang baik dan Tuhan yang Maha Baik menutupi semua keburukanmu dengan sangat rapat. Tak apa, itu keistimewaan yang patut kau syukuri. Sekali lagi, aku merasa iri karena kau pernah dicintai oleh lelaki-lelaki baik itu. Berbahagialah, kayuhlah sampan kehidupanmu yang baru. Semoga bahagiamu menjadi jalan bagi mereka untuk mengikhlaskan 😊 barakallahulakuma💦

Kepada kamu; yang tak kutau kabarnya.
Apa kabar?? Lama kita tidak saling mengabari. Aku minta maaf sengaja pergi dari kehidupanmu. Unfoll akun ig, blokir fb, ganti nomer WA tanpa memberitahumu. Terakhir kali kau menelfon, kau sempat bercerita bahwa kau juga merasa terpukul mendengar kabar pernikahan mantanmu itu. Kau bilang tidak akan datang, karena kau belum menjadi "orang" dan belum memiliki pengganti yang pasti. Ah, kau sih sukanya berlari dari hati ke hati. Aku harap hari ini kau tak bersedih, karena menurut kabar-kabar burung, kau sudah memiliki wanita lain --wanita kesekian kali setelah kau menghancurkanku waktu itu. Aku kira kau meninggalkanku dan akan melamar seorang gadis. Ternyata hanya penjajakan. Hmm mohon maaf perkataanku sangat kasar. Kau tak perlu bersedih ketika kehidupanmu masih di bawah, perjuangan dimulai dari nol. Wanita yang memang mencintaimu akan bisa menerima keadaanmu, sesulit apapun. Sayangnya, kau tak pernah percaya itu. Kau hidup dengan segala idealisme pikiranmu yang akhirnya mengecilkan dirimu. Semoga bahagia, aku harap kita tidak pernah lagi bertemu. Kalaupun kau menikah, mungkin aku juga tak akan datang.

Kepada kamu; yang merasa ditinggalkan

Aku tahu kau adalah tokoh tertindas pada bagian masa lalumu. Kalian bertiga, ah. Kenapa harus segitiga? Dan kenapa harus terulang kembali? Denganku? Kehidupan sungguh misteri ya.
Aku hanya ingin bercerita, aku pernah dinasihati seorang teman "buat apa kita bertahan pada seseorang yang tidak pernah menghargai kita?" aku tak tahu bagaimana ceritanya kau bisa sejatuh cinta itu padanya, apa jika kau tau kebenarannya kau masih akan bertahan untuknya? Kau tidak akan pernah keluar dari kenangan masa lalu jika kau sendiri tak mau mengeluarkannya. Cobalah untuk ikhlas, melepas. Aku tau itu sulit. Aku pun pernah merasakan. Tapi harus. Kau hanya pernah mencintai dia sekali, pernah bersma denganny Beberapa tahun lalu dia menjadi milik orang lain. Apa kau masih akan memikirkannya? Sedangkan ada orang lain yang telah menantimu untuk menemanimu seumur hidup. Tidakkan kau kasihan padanya?? Sudah berapa tahun menyiksa diri? Tak mau membuka hati untuk orang baru? Ini saat yang tepat untuk menepuk jidatmu sendiri dan melangkah pergi. Kehidupanmu di depan sana jauh lebih indah. Percayalah. Ah, aku sempat meneteskan air mata melihat fotomu di pelaminannya. Entah kenapa aku tak tahu. Kau terlalu berharga untuk dipenjarakan masa lalu, apalagi diabaikan. Saatnya menjadikan dirimu lebih berharga dan bahagia. Pergilah.. Sungguh.. Singgah pun kau tak akan dapat apa-apa kecuali rasa sakit. Semoga kau bahagia, selalu.

Untuk diriku sendiri; yang seperti figuran dalam cerita kalian
Aku mengambil semua hikmahnya dan aku bersyukur mengenal kalian. Banyak yang ingin kuceritakan. Tapi aku rasa cukup di sini dulu. Mungkin akn berlanjut jika ada salah satu dari kalian yang menikah lagi. Semoga kita bisa berteman, semoga bisa saling mengingatkan. Dan semoga masa depan kita jauh lebih indah dari yang kita duga...


18 Agustus 2018
Qolbi, temanmu bercerita

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel “Hujan” Karangan Tere Liye

Perjuangan Tanpa Batas Sang Jenderal (Review Film Jenderal Soedirman)

Kirab Haul Mbah Sogol: Momentum Memutar Ulang Sejarah