Usia Datang dan Hilang
Sepuluh Mei tujuh belas tahun yang lalu, aku lahir ke dunia ini. Baru saja aku Allah menggenapkan usiaku itu dua hari yang lalu (saat aku menulis ini). Aku teringat tentang kisah pengalaman yang ku lamapaui tujuh tahun yang lalu. Tepat di ulang tahunku yang kesepuluh.
Tahukah Kau, Kawan? Hari itu aku berbahagia dengan usiaku yang bertambah satu tahun, tak ada acara khusus yang diagendakan Ibu dan Bapakku. Namun, tiba-tiba tante-tanteku dan saudara ibuku datang ke rumah dan mengajakku se-keluarga hang out ke WBL (Wisata Bahari Lamongan), jadilah pagi itu kita ke sana naik tiga mobil... *Pada dasarnya mereka gaada yang tahu kalau itu hari ulang tahunku, sakingan aja moment-nya pas.*
Sekitar setengah sebelas, kita sampai di sana -di area parkir WBL- begitu ingin keluar dari mobil, tanteku mendapatkan telepon dari Pakdeku *Saat itu aku dan ibu bapak belum punya hp* beliau mengabarkan bahwa Kakekku (dari ibu) meninggal dunia. Betapa terkejutnya kita semua. Alih-alih ingin berlibur, malah ada bencana yang menimpa kita, Kiamat kecil Kakekku. Tak menunggu lama, rombongan kami langsung check out dari area parkir dan pulang ke Malang.
Tak ada yang menyinggung soal liburan, WBL atau pun perjalanan sia-sia Malang - Lamongan. Semua senyap sepanjang perjalanan pulang. Tak ada makan bersama, yang kami inginkan hanya satu. "Cepat sampai di Malang." Orang yang paling terpukul adalah ibuku, sepanjang jalan aku melihatnya menangis, tak ada hal lain yang lebih menyedihkan dari ditinggal seorang ayah. Hanya saja, saat itu aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Jadi, aku-yang saat itu baru berusia 10 tahun- hanya diam dan berdialog dengan sendiri. "Ini adalah ulang tahunku yang tak terlupakan."
Aku akan bercerita padamu tentang Almarhum Kakekku itu. Beliau mungkin berusia 65-an saat meninggal itu. Beliau menderita penyakit stroke yang juga menyerang saraf-saraf ingatannya. Sehingga, semenjak aku kelas 3 MI, kakekku itu kehilangan separuh ingatannya (pikun). Sehari-hari, Kakek hanya berdiam diri di kamarnya. Ibuku tak mengizinkannya keluar rumah, karena takut kalau sampai kakekku pergi jauh dan tak bisa pulang. Semua hal terjadi di kamarnya. Mandi, buang air, makan, dll. Ibuku dengan telaten merawatnya seorang diri, apalagi semenjak ditinggal nenekku saat aku berusia sembilan tahun.
Setelah bertahun-tahun ibuku merawat kakek, tibalah saatnya kakek diambil oleh Pakdeku -Kakak lelaki dari ibu- yang tinggal di Batu. Pakde mengatakan kakek berangsur membaik ingatannya, dan tak menunjukkan gejala apapun sebelum beliau meninggal. Kami pun tak ada firasat sebelum pergi ke Lamongan kala itu. Jenazah beliau dimakamkan di Malang hari itu juga, tanpa menunggu kedatangan rombongan kami.
Sesampainya di rumah, telah banyak orang yang melayat dan mengucapkan bela sungkawa. Mereka terheran-heran karena sang pemilik rumah sekaligus putri beliau tak ada saat jenazah beliau dimakamkan. ironis sekali memang, tapi, sekali lagi aku katakan pada Kalian bahwa kami tak mempunyai firasat apapun.
Malu, sedih, lelah, serasa kami rasakan semua. Hari itu, benar-benar menjadi hari tak terlupakan dalam hidupku. Dimana saat yang bersamaan, Allah menambah bilangan usiaku dan menghentikan perhitungan usia kakekku. Apa yang tak mungkin bagi Allah? semua mungkin! Aku yang saat itu baru berusia sepuluh tahun memang tak banyak memaknai setiap kejadian dalam hidupku. Tapi, kini aku mengerti dan memahami maksud Allah atas kejadian tujuh tahun sialm itu. Allah ingin memberiku peringatan bahwa "Bertambahnya usia artinya memotong setahun jatah tinggalku di dunia ini. Saat aku ingin bersenang-senang pada hari itu, Allah mengingatkanku untuk tidak terlalu berlebihan. Semua ada masanya, pun masa kontrakku tinggal di dunia yang akan segera habis." makanya, sejak hari itu, tak ada lagi perayaan spesial dalam ulang tahunku. Kalaupun ada yang memberiku ucapan selamat dan memberiku hadiah, aku anggap itu adalah ungkapan syukurku dan mereka karena aku masih bisa hidup hingga saat ini, dan aku jadikan setiap hari ulang tahunku untuk mengenang perbuatan-perbuatanku selama setahun lalu.
Syukron, Robbi, yang telah memberiku usia tujuh belas ini -yang kata orang adalah usia yang spesial- semoga aku menjadi hambaMu yang senantiasa bersyukur dan bermuhasabah dalam setiap hembus nafasku. Love this life ! :)
Azizatul Qolbi-17 tahun semoga menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Amiin :)
Comments
Post a Comment